Internasional
Rusia Diguncang Eksodus Pekerja, Ekonomi Terancam Ambruk

Jakarta, CNBC Indonesia - Rusia tengah menghadapi gelombang eksodus pekerja sehingga kian membebani ekonomi negara yang dijatuhi serangkaian sanksi akibat serangannya ke Ukraina tersebut.
Sebanyak 170.000 pekerja diperkirakan telah meninggalkan negara tersebut.
'Aksi' itu terjadi seiring dengan turunnya upah riil di Rusia sebesar 6,1% secara tahunan pada Mei lalu. Dengan kata lain, negara ini juga mencatat penurunan pendapatan riil terbesar dalam 7 tahun terakhir.
Terakhir kali upah riil turun lebih dalam pada 2015 setelah aneksasi Krimea, yang membawa sanksi Barat terhadap Rusia dan jatuhnya harga minyak.
Pada Maret 2022, Asosiasi Komunikasi Elektronik Rusia memperkirakan bahwa sebanyak 170.000 pekerja di sektor teknologi dan informasi akan meninggalkan negara itu akibat perang di Ukraina.
Kementerian Dalam Negeri Rusia mengonfirmasi angka ini, dengan mengatakan bahwa industri TI kekurangan 170.000 pekerja akibat emigrasi.
Awal tahun ini, pemerintah membebaskan wajib militer bagi pemrogram komputer dalam upaya untuk mempertahankan sebanyak mungkin orang di industri ini.
Mikhail Mizhinsky, pendiri Relocode, sebuah perusahaan yang membantu relokasi bisnis teknologi, mengatakan bahwa pekerja di industri teknologi menghadapi pilihan yang sulit karena banyak bisnis internasional menolak untuk bekerja dengan mereka jika mereka tetap di Rusia.
"Sebagian besar dari mereka tidak ingin meninggalkan Rusia, di mana rumah mereka berada. Tapi, di sisi lain, mereka memiliki klien yang membeli produk dan layanan outsourcing TI mereka yang meminta mereka untuk pergi," katanya, dikutip dari Express, Kamis (11/8/2022).
"Banyak yang mendapat surat dari klien yang mengatakan mereka akan mengakhiri kontrak mereka jika mereka tidak meninggalkan Rusia," imbuhnya.
Profesi lain, termasuk profesi hukum, juga mengalami hal yang tak jauh berbeda.
Scott Antel, seorang pengacara perhotelan dan waralaba internasional yang bekerja di Moskow selama hampir dua dekade, mengatakan ada pengurangan pekerja profesional secara signifikan.
"Disrupsi tenaga ahli sangat besar dan bahkan akan lebih besar lagi," tuturnya.
Pengangguran di negara itu juga meningkat IMF memperkirakan pengangguran mencapai 9,3% pada 2022. Ini berarti peningkatan akan ada tambahan sekitar 3,8 juta orang yang menganggur.
[Gambas:Video CNBC]
Situasi Terkini Ekonomi Rusia usai Serang Ukraina, Resesi?
(luc/luc)