
Jreengg! Tumpukan Utang Kini Ancam Ekonomi Amerika

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Amerika Serikat (AS) membukukan defisit anggaran sebesar US$ 211 miliar atau Rp 3.122 triliun (kurs US$1= Rp 14800) pada Juli tahun ini.
Dilansir dari Reuters, defisit tersebut turun 30% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat US$ 302 miliar. Defisit melandai sejalan dengan meningkatnya penerimaan sementara di sisi lain pengeluaran turun, terutama untuk penanganan Covid-19.
Penerimaan AS tumbuh 3% (year on year/yoy) menjadi US$ 269 atau Rp 3.981 triliun sementara pengeluaran turun 15% menjadi US$ 480 miliar (Rp 7.104 triliun).
Selama 10 bulan tahun fiskal 2022 (Oktober 2021-Juli 2022), defisit anggaran turun 71% menjadi US$ 726 dari US$ 2,54 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Merujuk data Congressional Budget Office (CBO), penerimaan AS pada Juli melonjak ditopang oleh penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) orang pribadi dan pajak gaji. Sebaliknya, PPh badan turun hingga US$ 8 miliar atau 47% (yoy).
Sementara itu, pengeluaran turun, terutama untuk kompensasi pengangguran yang menyusut hingga US$ 26 miliar menjadi US$ 2 miliar. Belanja untuk pembayaran tax refund juga melandai hingga US$ 23 miliar. Pengeluaran pemerintah untuk penanganan Covid turun hingga US$ 6 miliar.
CBO memperkirakan defisit anggaran pemerintah AS akan menembus US$ 1 triliun atau sekitar Rp 14.800 triliun pada akhir tahun fiskal 2022.
CBO pada 27 Juli 2022 juga memproyeksi penerimaan pemerintah AS diperkirakan melonjak menjadi 19,6% dari Produk Domestik (PDB), rekor tertinggi dalam sejarah. Kenaikan penerimaan AS ditopang oleh kenaikan Pajak Penghasilan (PPh) orang pribadi.
Pengeluaran pemerintah AS akan mencapai 23,5% dari PDB. Pengeluaran lebih rendah dibandingkan tahun lalu yang tercatat 29,67% dari PDB karena menurunnya belanja untuk penanganan Covid-19.
Meskipun penerimaan AS diperkirakan akan melonjak tahun ini tetapi utang Paman Sam tetap akan melambung, salah satunya karena dampak inflasi.
CBO memperkirakan defisit anggaran pemerintah AS akan ada di kisaran 3,9% dari PDB pada tahun fiskal 2022. Defisit tersebut jauh lebih rendah dibandingkan pada tahun fiskal 2021 yang tercatat 12,4% dari PDB.
Defisit juga lebih rendah dibandingkan pada 2020 yang tercatat 15% dari PDB. Defisit anggaran pada 2020 adalah yang tertinggi dalam sejarah AS setelah 1945.
Namun, rasio utang pemerintah AS terus membengkak menjadi 124% dari PDB pada kuartal I-2022 dari 108,11% terhadap PDB pada kuartal I-2020.
CBO dalam laporanya The 2022 Long-Term Budget Outlook, pada Juli lalu mengingatkan risiko akan tumpukan utang pemerintah AS juga utang sektor publik AS yang dimiliki individu, perusahan, hingga pemerintah negara bagian.
"Kenaikan utang bisa berdampak signifikan kepada ekonomi dan sektor keuangan. Utang yang terus naik bisa memperlambat pertumbuhan, membengkaknya bunga utang, meningkatnya risiko krisis keuangan, dan mengurangi minat berinvestasi," tulis CBO
CBO menambahkan kenaikan utang juga akan membatasi kebijakan pemerintah. Beban pembayaran bunga utang pemerintah AS juga bisa melonjak karena kenaikan suku bunga The Fed.
Utang pemerintah AS tumbuh sangat cepat dalam kurun waktu 20 tahun terakhir. Pada 2002, utang masih tercatat US$ 6,23 triliun tetapi angkanya melonjak menjadi US$ 28,43 triliun pada 2021, atau naik rata-rata 7,9% per tahun. Rasio utang terhadap PDB melonjak dari 57% menjadi di kisaran 125%
Peningkatan utang jauh di atas pertumbuhan PDB AS yang rata-rata mencapai 4% pada periode 2002-2021.
Pada akhir Januari 2022, utang pemerintah federal atau pusat AS bahkan menembus US$ 30 triliun untuk pertama kalinya dalam sejarah.
Sejak 1960, batas atas utang pemerintah sudah direvisi sebanyak 80 kali. Namun, batas utang pemerintah tetap melonjak. Sejak 2010, rasio utang AS sudah melewati batas aman di 60% PDB.
Kenaikan utang salah satunya karena Senat hanya memberi batasan tegas mengenai total outstanding utang tanpa memberikan supervisi mengenai penggunaan uang dan capital flow. Akibatnya, batas atas utang terus naik.
Dalam sejarah AS, utang pemerintah Paman Sam kerap melonjak saat perang atau saat terjadi peristiwa yang extraordinary seperti pandemi Covid-19.
Menurut catatan fiscaldata.treasury.gov, utang pemerintah AS mencapai US$ 75 juta pada Januari 1791 atau saat terjadi American Revolutionary War tetapi kemudian menurun hingga 1835 karena pemotongan anggaran.
Utang melonjak 4.000% pada saat terjadi Perang Sipil yakni dari US$ 65 juta pada 1863 menjadi US$ 1 miliar pada 1863. Utang membengkak menjadi US$ 2,7 miliar saat Perang Sipil berakhir pada 1865.
Utang AS juga melonjak menjadi US$ 20 miliar untuk membiayai Perang Dunia I. Utang juga melesat saat terjadi Perang Afghanistan, Perang Irak, dan Krisis Submortgage pada 2008.
Namun kenaikan utang terbesar terjadi pada saat Perang Dunia II, di mana utang pemerintah bertambah menjadi US$ 186 pada periode 1942-1945.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jangan Heran! Amerika Banyak Utang ke China, Capai Rp14.500 T