Duh! Orang Kaya RI Tiba-tiba Malas Belanja, Kenapa Nih?

Maesaroh, CNBC Indonesia
08 August 2022 15:45
Menteri Perdagangan akan meninjau harga barang-barang kebutuhan pokok di Pasar Cibinong, Kabupaten Bogor (CNBC Indonesia/Emir Yanwardhana)
Foto: Menteri Perdagangan akan meninjau harga barang-barang kebutuhan pokok di Pasar Cibinong, Kabupaten Bogor (CNBC Indonesia/Emir Yanwardhana)

Jakarta, CNBC Indonesia - Lonjakan inflasi sepanjang tahun ini membuat optimism konsumen Indonesia menyusut. Hal tersebut tercermin dalam Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang melandai ke 123,2 pada Juli, anjlok dibandingkan yang tercatat pada Juni yakni 128,2.

Survei yang dilakukan Bank Indonesia (BI) menunjukkan IKK pada Juli adalah yang terendah sejak April tahun ini. Kendati melandai, IKK pada Juli juga memperpanjang tren IKK yang berada di atas 100 sejak Oktober 2021.

Melandainya IKK disebabkan oleh melemahnya Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini serta Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi.

Semua kelompok pengeluaran dan usia menunjukkan penurunan optimisme, terutama pada responden dengan pengeluaran Rp 5 juta ke atas dan responden dengan usia 31-40 tahun.

Optimisme yang turun ini juga tercermin dalam keputusan konsumen dalam melakukan pembelian barang tahan lama (durable goods) yang tidak sekuat bulan-bulan sebelumnya.


Survei BI juga menunjukkan Indeks Ekonomi Saat Ini (IKE) tercatat sebesar 110,9 pada Juli. Indeks lebih rendah dibandingkan pada Juni yang tercatat 114,5.

Melandainya IKE disebabkan oleh melemahnya indeks penghasilan saat ini, indeks ketersediaan lapangan kerja saat Ini, serta indeks pembelian barang tahan lama.

Indeks penghasilan saat ini turun menjadi 118,2 pada Juli dibandingkan pada Juni yakni 123,2.

Persepsi konsumen terhadap penghasilan saat ini dibandingkan enam bulan yang lalu juga melemah. Dari semua kelompok penghasilan, hanya kelompok penghasilan Rp 1-2 juta yang menunjukkan kenaikan indeks.

Sebaliknya, penurunan paling drastis terjadi pada kelompok pengeluaran Rp 4,1-5 juta.

Indeks ketersediaan lapangan kerja saat ini menurun menjadi 111,9 pada Juli dari 115,6 pada Juni. Sementara itu, Indeks Pembelian Barang Tahan Lama yang tercatat sebesar 102,8 dibandingkan Juni yang tercatat 104,8.

Ekspektasi konsumen terhadap perkiraan kondisi ekonomi enam bulan ke depan juga menyusut menjadi 135,5 pada Juli. Padahal, indeks tersebut menyentuh 141,8 pada Juni atau tertinggi sejak Mei 2019 atau sebelum pandemi Covid-19 melanda dunia.

Indeks melemah karena konsumen makin pesimis dengan kondisi penghasilan, dunia usaha, serta ketersediaan lapangan pekerjaan dalam enam bulan ke depan.

Indeks ekspektasi penghasilan untuk enam bulan ke depan melanda menjadi 138,3 pada Juli, padahal pada Juni lalu mampu menembus 140,7.Penurunan indeks paling tajam terjadi pada kelompok pengeluaran Rp 4,1-5 juta disusul dengan pengeluaran Rp 2,1-3 juta.

Sementara itu, indeks ekspektasi ketersediaan lapangan kerja anjlok dari 143,2 pada Juni menjadi 124,5 pada Juli. Indeks ekspektasi dunia usaha juga jatuh ke 133,5 pada Juli, dari 141,5 pada Juni.

Sejalan dengan melandainya IKK, rata-rata proporsi pendapatan konsumen untuk konsumsi terpantau juga menurun.

Rata-rata proporsi pendapatan konsumen untuk konsumsi melemah menjadi 73,4% pada Juli, dari 74,2% pada Juni.
Survei BI menunjukkan kelompok pengeluaran Rp 1-2 juta dan  3,1-4 juta tetap menaikkan konsumsinya sementara kelompok  menengah ke atas yakni kelompok pengeluaran Rp 4,15 juta dan Rp 5 juta ke atas mengeram belanjanya cukup drastis.

Proporsi konsumsi kelompok pengeluaran Rp 5 juta ke atas ada di angka 65,8%. Proporsi tersebut jauh lebih rendah dibandingkan pada Juni yang tercatat 70,3%.

Sementara itu, rata-rata proporsi pembayaran cicilan/utang tidak berubah di angka 9,6%. Di sisi lain, proporsi pendapatan konsumen yang disimpan (saving to income ratio) naik menjadi 17,0% pada Juli dari 16,2% pada Juni.

Ekonom Danareksa Research Institute Muhammad Ikbal Iskandar mengatakan melandainya Indeks Kepercayaan Konsumen karena inflasi yang terus melonjak.

Kenaikan BBM non-subsidi dan tarif dasar listrik untuk kalangan menengah ke atas juga membuat optimisme kelompok tersebut anjlok. Sebagai catatan, inflasi Indonesia pada Juli mencapai 0,64% (month to month) dan 4,95% (year on year).

Selain lonjakan harga pangan, inflasi juga melesat karena kenaikan harga BBM non subsidi dan tarif dasar listrik untuk kalangan menengah ke atas.

“Keinginan konsumen untuk membeli barang terus turun, terutama untuk kalangan menengah ke atas. Sebaliknya, kalangan penghasilan bawah meningkatkan konsumsi mereka” tutur Ikbal, dalam laporannya Consumer Confidence July 2022: Continuous Price Hike Lowered Public Confidence.

Ikbal menambahkan kenaikan harga pangan juga membuat semua kelompok penghasilan makin pesimis memandang ekonomi ke depan.

“Konsumen juga makin tidak yakin dengan kondisi ekonomi karena harga pangan dan jasa tidak kunjung menurun,” ujarnya.


TIM RISET CNBC INDONESIA

 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular