Kasus Covid-19 di RI Masih Ngeri, Tapi Negara Ini Juga Parah!

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
07 August 2022 16:30
Virus Outbreak China
Foto: AP/Mark Schiefelbein

Kebijakan seperti ini membuat perekonomian China seakan maju-mundur. Saat aktivitas ekonomi mulai bergeliat, tidak jarang harus kembali terhenti akibat karantina wilayah (lockdown).

Kondisi ini terlihat dari aktivitas manufaktur. Pada Juli 2022, aktivitas manufaktur yang dicerminkan oleh Purchasing Managers' Index (PMI) beraa di 49. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 50,2 sekaligus jadi yang terendah dalam tiga bulan terakhir.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Kalau di bawah 50, artinya dunia usaha sedang dalam fase kontraksi.

"Tingkat kesejahteraan ekonomi di China telah menurun. Fondasi pemulihan masih perlu konsolidasi," sebut Zhao Qinghe, Statistikawan Senior Biro Statistik Nasional China, seperti dikutip dari keterangan tertulis.

Kontraksi, lanjut Zhao, terjadi di berbagai sector usaha. Mulai dari minyak, batu bara, hingga pemurnian logam (smelting).

Jika situasi tidak kunjung membaik, aktivitas terus dibuka-tutup, maka prospek ekonomi Negeri Tirai Bambu jadi penuh ketidakpastian. "Pertumbuhan ekonomi kuartal III sepertinya akan lebih menantang karena pemulihan berjalan lambat dan rapuh," tegas Bruce Pang, Kepala Ekonom Jones Lang Lasalle Inc, dalam risetnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aum/aum)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular