Mau Tak Mau Harus Diakui! Perang di Ukraina 'Berkah' Buat RI
Jakarta, CNBC Indonesia - Ekspor diperkirakan masih akan berperan besar dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III dan IV tahun ini. Pasalnya, harga komoditas masih akan terbantu dengan adanya ketegangan geopolitik di sejumlah kawasan.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memperkirakan harga komoditas andalan Indonesia masih akan tetap tinggi, termasuk batu bara. Ekspor industri pengolahan juga diperkirakan akan meningkat, seperti alas kaki dan otomotif.
"Dua kuartal ke depan, perubahan tidak terlalu banyak. Dengan commodity price yang tinggi, ekspor relatif meningkat," tutur Airlangga, dalam media briefing, Jumat (5/8/2022).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor pada kuartal II-2022 menembus US$ 74,93 miliar atau naik 38,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Ekspor tumbuh 19,74% (year on year/yoy) pada kuartal II-2022 dan berkontribusi 24,68% terhadap produk domestik bruto (PDB) pada periode April-Juni.
Ekspor menjadi salah satu motor penggerak utama pertumbuhan dalam tiga kuartal terakhir menyusul adanya lonjakan harga. Pemulihan ekonomi di sejumlah negara serta perang Rusia-Ukraina membuat harga komoditas melambung.
Lonjakan harga komoditas, mulai dari batu bara, nikel, hingga minyak kelapa sawit, meningkatkan pendapatan masyarakat yang selama ini menggantungkan pada sektor komoditas. Di antaranya adalah Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi.
Airlangga menjelaskan harga komoditas masih akan dipengaruhi ketegangan geopolitik di Ukraina. Ketegangan di Taiwan juga akan menambah ketidakpastian global sehingga harga komoditas masih akan tinggi.
Seperti diketahui, situasi di Taiwan memanas dalam beberapa hari terakhir setelah Ketua DPR AS Nancy Pelosi mengunjungi Taiwan. Kunjungan Pelosi menimbulkan amarah China karena seolah mendukung kemerdekaan Taiwan.
Beijing mengatakan menuding Pelosi sebagai provokator.
China meluncurkan latihan perang besar-besaran di Selat Taiwan, Kamis (4/8/2022). Latihan ini melibatkan kapal perang, jet tempur, dan rudal-rudal China.
"Tensi-tensi ini akan mempengaruhi menambah ketidakpastian tapi kami yakin sampai saat ini dengan situasi belum menyeret kemana-mana," imbuh Airlangga.
Mantan Menteri Perindustrian tersebut menjelaskan masih tingginya peran ekspor pada semester II tahun ini ditopang oleh besarnya permintaan dari mitra dagang utama Indonesia, mulai China hingga Amerika Serikat (AS).
Dia menambahkan ekonomi China memang hanya tumbuh 0,4% (yoy) pada kuartal II tahun ini. Namun, Beijing diperkirakan masih akan mengimpor produk Indonesia dalam jumlah besar karena Indonesia merupakan bagian dari rantai pasok produk mereka.
Ekonomi AS yang masuk resesi juga diperkirakan akan ekspansif ke depan. Hal tersebut ditandai dengan PMI Manufacturing AS yang masih ekspansif di 52,2 pada Juli.
Sementara itu, permintaan dari India akan tetap tinggi sejalan dengan pemulihan ekonomi di negara tersebut.
Hingga semester I-2022, China masih menjadi pasar utama ekspor non-migas Indonesia dengan porsi 20,92% disusul dengan AS (11,08%), India (8,56%) dan Jepang (8,12%).
"AS masih ada ekspansi dari segi manufaktur dan butuh supply chain. Negara-negara yang menjadi andalan (pasar ekspor) sampai akhir tahun tak ada perubahan," tutur Airlangga.
Selain bertumpu pada komoditas, salah satu sektor yang akan didorong ekspornya adalah industri otomotif. Hingga semester I-2022, ekspor kendaraan Indonesia sudah menembus 200 ribu lebih.
Sebagai catatan, ekspor Indonesia untuk alas kaki dan barang rajutan ke AS juga biasanya melonjak pada kuartal III-IV sebagai persiapan musim dingin.
"Ekspor otomotif menjadi andalan, multiplier effectnya besar sekali," ujarnya.
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Data Terkini Ekspor Andalan RI: Besi & Baja, CPO & Batu Bara
