Internasional

Putin Kurang Sakti, Data Ini Sebut Ekonomi Rusia Ambrol

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
02 August 2022 09:01
Bendera Rusia (File Photo Reuters)
Foto: Bendera Rusia (File Photo Reuters)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi Rusia dilaporkan telah rusak akibat sanksi yang diberikan Barat pasca serangan ke Ukraina. Hal ini diungkapkan oleh riset yang dilakukan pakar bisnis dan ekonom dari Universitas Yale, Amerika Serikat (AS), Selasa (2/8/2022).

Ekonom mengungkapkan banyak kegiatan ekonomi domestik Rusia yang terhenti sejak serangan yang dilakukan pada 24 Februari. Ini terjadi di setiap tingkatan.

"Temuan analisis ekonomi komprehensif kami tentang Rusia sangat kuat dan tak terbantahkan. Tidak hanya sanksi dan kemunduran bisnis berhasil, mereka juga melumpuhkan ekonomi Rusia di setiap tingkat," tulis laporan setebal 118 halaman buatan Yale School of Management itu dikutip AFP.

"Produksi dalam negeri Rusia terhenti total tanpa kapasitas untuk menggantikan bisnis, produk, dan bakat yang hilang."

Riset memang sedikit tersendat dengan tindakan Moskow yang telah mengurangi dan menghentikan rilis statistik ekonomi resmi. Namun kelompok ekonom yang dipimpin Jeffrey Sonnenfeld itu menggunakan data yang dimiliki oleh pebisnis, bank, konsultan, mitra dagang Rusia, dan pihak lain untuk membangun gambaran kinerja ekonomi Rusia.

Dalam riset yang sama, mereka juga menemukan bahwa memang Rusia mampu memperoleh lebih banyak devisa dari ekspor gas dan minyak. Tapi itu tidak mengimbangi dampak sanksi Barat.

Lebih lanjut, menurut mereka, ketergantungan negara itu pada Eropa untuk membeli 83% ekspor energinya membuat Kremlin berada di bawah ancamanĀ  lebih besar. Ini terjadi untuk jangka menengah.

"Rusia jauh lebih bergantung pada Eropa daripada Eropa pada Rusia," tambah analisa mereka.

Salah satu contoh ketergantungan ini adalah dalam industri otomotif dan semikonduktor. Dalam dua hal ini, Moskow masih bergantung pada teknologi dan investasi luar negeri.

"Rentetan sanksi yang lebih dalam setelah invasi membidik kedua kerentanan itu. Sekitar 1.000 perusahaan asing menghentikan kegiatan mereka di negara itu, yang berpotensi berdampak pada hingga lima juta pekerjaan," papar laporan itu lagi.

Sementara itu sebelumnya, Dana Moneter Internasional (IMF) menilai ekonomi Rusia masih akan mampu bertahan dari 'badai' sanksi dengan baik. Alasannya, melambungnya harga energi telah menjadi penyelamat Negeri Beruang Merah itu.

Berdasarkan World Economic Outlook terbarunya, IMF menaikkan proyeksi pertumbuhan PDB hingga 2,5% pada tahun ini. Angka tersebut dianggap luar biasa kendati pertumbuhan ekonominya masih diramal terkontraksi sebesar 6%.

"Ekonomi Rusia diperkirakan mengalami kontraksi selama kuartal kedua kurang dari yang diproyeksikan sebelumnya, dengan ekspor minyak mentah dan non-energi bertahan lebih baik dari yang diharapkan," kata laporan itu yang dirilis pekan lalu.

Mengutip Trading Economics belum ada laporan resmi kuarta-II Rusia dirilis. Namun di kuartal-I 2022, secara year on year (yoy), ekonomi tumbuh 5% di data Maret.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Slow But Sure Mr Putin, Ekonomi Rusia Bakal Merana

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular