RI dalam Bahaya, Efek PMK Orang RI Bisa Dicegah ke Mana-Mana!

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
Selasa, 26/07/2022 15:05 WIB
Foto: Pemerintah Kendalikan Dampak Wabah PMK di Aceh Tamiang. (Ist)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mewabahnya penyakit ternak mulut dan kaki (PMK) di Indonesia tak hanya membuat khawatir Selandia Baru. Ini juga terjadi di Australia.
Pemimpin oposisi Peter Dutton bahkan menyerukan Australia untuk menutup perbatasannya dengan Indonesia. Menurutnya pemerintah tidak berbuat cukup untuk mencegah penyebaran penyakit.

"Saya yakin kita harus menutup perbatasan dan Perdana Menteri (Anthony Albanese) perlu menjelaskan mengapa itu tidak terjadi," kata Dutton dikutip dari ABC, Selasa (26/7/2022).

Perdana Menteri (PM) Selandia Baru Jacinda Ardern mengatakan PMK di Indonesia bisa mempengaruhi hingga 100.000 pekerja pertanian di negaranya. Karenanya Wellington meningkatkan pengetatan perbatasan dengan Australia mengacu ke tindakan biosekuriti untuk mencegah penularan.


"Meskipun bukan ancaman bagi manusia, itu akan menghancurkan komunitas nasional kita. Pada dasarnya, semua hewan yang berkuku terbelah berisiko," kata Ardern kepada wartawan dikutip dari AFP, Senin (25/7/2022).

Bahaya Buat Indonesia

Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Teguh Boediyana mengatakan apa yang disuarakan di Australia dan Selandia Baru memang bisa dimaklumi karena ekonomi kedua negara itu tergantung dengan peternakan. Apalagi Selandia Baru tergantung pada produksi susu.

Ia bilang memang secara penelitian PMK tak menular ke manusia, tapi justru ada efek yang lebih ngeri, yaitu hambatan pergerakan barang dan Orang Indonesia ke luar negeri, atau bahkan yang lebih jauh lagi, negara lain melarang warganya tak ke Indonesia agar tak menjadi pembawa virus PMK ke negaranya.

"Bukan hanya orang Indonesia saja nggak boleh ke mana-mana, itu yang kita khawatir juga warga Australia tak boleh datang ke Indonesia. PMK memang tak menular ke manusia, tapi efek ekonomi yang sangat dikhawatirkan, buat peternakan jelas dampaknya," katanya kepada CNBC Indonesia, Selasa (26/7).

Teguh menambahkan selain ada potensi hambatan orang Indonesia ke luar negeri, juga potensi hambatan ekspor produk Indonesia tak bisa ekspor ke negara-negara yang bebas PMK. Hal ini bisa saja terjadi untuk beberapa produk Indonesia yang dilarang karena dikhawatirkan membawa virus dari kemasan atau lainnya. Selain itu produk Indonesia akan diperlakukan berbeda saat masuk ke negara lain dengan persyaratan ketat.

"Indonesia akan diperlakukan berbeda, virus PMK bisa nempel di sepatu dan baju, makanya ditanya berapa kali mengunjungi farm. Selandia Baru dan Australia sangat keras dengan karantina," katanya.


(hoi/hoi)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Sengketa Pulau Tujuh, Gubernur Babel Gugat Mendagri