Jokowi Ketemu Xi Jinping, Indonesia-China Makin Mesra?
Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan ekonomi China dan Indonesia berkembang pesat di era Presiden Joko Widodo (Jokowi). Tidak hanya menjadi mitra perdagangan terbesar, China bahkan kini mengancam posisi Singapura sebagai raja investasi asing di Indonesia.
Kemesraan Jokowi dengan pemimpin China sudah terjalin sejak awal pemerintahannya. Pada 9 November 2014 atau belum genap sebulan dilantik jadi Presiden Indonesia, Jokowi sudah mengunjungi Beijing dan bertemu dengan Presiden Xi Jinping di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kerja Sama Ekonomi Asia atau Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC).
Mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut juga menggelar pertemuan dengan sekitar 300 pengusaha China saat berkunjung ke Beijing. Jokowi mengajak pengusaha Negeri Tirai Bambu untuk menanamkan modal di Indonesia serta meningkatkan volume perdagangan.
Setelah hampir delapan tahun berjalan, usaha Jokowi memang membuahkan hasil. China kini menjadi salah satu investor utama di Indonesia.
Pada 2013, total investasi China hanya menembus US$ 297 juta yang menempatkan mereka pada posisi 12 investor terbesar di Indonesia. Pada 2015, China naik ke peringkat ke-9 dengan investasi US$ 628 juta hingga mencapai posisi ketiga pada tahun 2017.
Investasi Negeri Panda sudah menembus US$ 3,2 miliar pada 2021 dengan jumlah proyek mencapai 1.806. Jumlah tersebut hanya kalah dari Singapura dan Hong Kong.
Investasi asing dari China melonjak hampir empat kali lipat pada kuartal II-2022 dan menembus US$ 2,3 miliar atau melonjak 260% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hanya kalah dari Singapura yang menggelontorkan investasi sebesar US$ 3,1 miliar pada kuartal II-2022.
Ekonom OCBC Wellian Wiranto mengatakan kunjungan Jokowi ke Beijing pada pekan ini bisa berdampak ganda. Selain akan mempererat hubungan kedua negara juga akan mempermudah langkah kerja sama dengan Jepang dan Korea Selatan. Menurutnya, kunjungan Jokowi ke Beijing adalah pengingat bagi Jepang dan Korea Selatan jika posisi Indonesia penting bagi mereka.
"Dengan kondisi dan hitungan geopolitik, Jokowi akan lebih mudah meyakinkan Jepang dan Korea Selatan untuk meningkatkan investasi mereka di Indonesia," tutur Wellian, dalam laporannya Northern Passage: Indonesia's President Jokowi visits North Asia with investments in mind
Bila menilik ke belakang, besarnya jalur investasi China di Indonesia sebenarnya sudah dibuka di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Adalah ambisi besar China melalui inisiatif Jalur Sutera dan Jalur Maritim Abad ke-21 atau "Belt and Road Initiative" yang dicanangkan Presiden Xi Jinping pada 2013 yang membuat investasi mereka meningkat pesat di ASEAN.
Xi berkunjung ke Indonesia dan bertemu dengan Presiden SBY pada awal Oktober 2013. Nilai komitmen kerja sama investasi senilai US$ 28,2 miliar atau sekitar Rp 420 triliun (kurs US$1= Rp 14.917) ditandatangani kedua negara. Kerja sama investasi meliputi sektor properti, pertambangan, bubur kertas, jalur kereta api, infrastruktur, hingga industri semen.
Investasi China semakin melonjak pesat di era Jokowi. Investasi tidak hanya menyasar smelter, industri, infrastruktur, dan pertambangan tetapi juga industri makanan.
Investasi China tidak hanya perusahaan besar dengan nilai puluhan triliun rupiah seperti Zhejiang Huayou Cobalt Company Limited (Huayou) yang membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel di Kolaka, Sulawesi Tenggara atau Contemporary Amperex Technology Co., Limited (CATL) yang mengembangkan baterai kendaraan listrik.
Perusahaan Yili Group juga telah menanamkan investasi sebesar Rp 2,5 triliun untuk membangun pabrik es krim terbesar di Indonesia.
Di sektor infrastruktur, China dan Indonesia juga bekerja sama membangun mega proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Waduk Jatigede di Sumedang, Jawa Barat, dan Tol Medan-Kualanamu.
(mae/mae)