Internasional

Ramai Media Asing Soroti Jokowi Bertemu Xi Jinping, Kenapa?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
Selasa, 26/07/2022 12:00 WIB
Foto: Jokowi tiba di Beijing (Dok: Biro Pers Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) terbang ke Beijing, China untuk bertemu dengan Presiden Xi Jinping. Jokowi membawa misi penguatan kerja sama ekonomi baik di bidang perdagangan maupun investasi.

Jokowi dan Ibu Iriana Joko Widodo beserta delegasi tiba di Beijing Capital International Airport pada Senin sekitar pukul 21.37 waktu setempat. Rupanya rencana pertemuan Jokowi dengan Xi Jinping disorot oleh media asing, salah satunya Aljazeera.

Media Arab itu menyebut pertemuan tersebut sebagai 'peluang emas'. Seorang ahli lokal juga dikutip untuk mengomentari itu.


"Ketika Presiden Indonesia Joko Widodo bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di Beijing pada putaran pertama tur tiga negara di Asia, perdagangan dan investasi akan menjadi agenda utama," tulis media tersebut, dengan judul 'Peluang emas': Perjalanan Jokowi ke China menyoroti perdagangan, dikutip Selasa (26/7/2022)

"Kunjungan Widodo pada Senin adalah perjalanan pertama oleh seorang pemimpin asing ke China sejak Olimpiade Musim Dingin pada Februari karena penerapan kebijakan "nol Covid" ketat oleh Beijing yang membatasi kunjungan pejabat asing," tambah media tersebut.

"Tampaknya Xi Jinping memanfaatkan kesempatan ini dengan baik untuk menyoroti posisi Beijing yang secara bertahap siap untuk membuka pintunya bagi pejabat asing dan memberikan sinyal keras bahwa Beijing telah mengamati dengan cermat pembangunan regional terlepas dari kebijakan 'nol Covid'," kata Trissia Wijaya, peneliti Pusat Kajian Kebijakan Indonesia dimuat Aljazeera.

"Ini juga merupakan kesempatan emas bagi Indonesia untuk membahas berbagai isu ekonomi, terutama dalam aspek investasi yang melibatkan China," tambahnya.

Bukan hanya Aljazeera, Reuters juga menulis soal ini dengan judul "China Xi akan Berbicara dengan Indonesia Jokowi di Kunjungan Tak Biasa".

"Perjalanan oleh pejabat asing ke China sangat jarang terjadi sejak pandemi virus corona pecah lebih dari dua tahun lalu, dengan sebagian besar perbatasan Tiongkok ditutup karena masalah Covid domestik," tulis media itu.

"Xi terakhir melakukan perjalanan keluar dari daratan China ke Hong Kong pada 30 Juni untuk menandai 25 tahun sejak bekas jajahan Inggris itu kembali ke pemerintahan China," tambahnya.

Reuters menunjuk posisi RI sebagai salah satu mitra dagang terbesar China. Di mana tanah air merupakan sumber penting feronikel, batu bara, tembaga, dan gas alam bagi ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

"Pada paruh pertama tahun 2022, impor China dari Indonesia, sebagian besar komoditas, melonjak 34,2% per tahun, terbesar setelah Rusia," tulisnya.

Sementara itu media Malaysia, The Star, juga melakukan hal sama sejak akhir pekan. Namun penjelasan merujuk ke juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin.

"China menantikan kunjungan Presiden Widodo untuk lebih memperdalam rasa saling percaya strategis dan kerja sama praktis antara kedua belah pihak, dan untuk membangun model yang saling menguntungkan dan situasi yang saling menguntungkan," tulisnya mengutip Wang.

Data 2021 menunjukkan nilai total perdagangan RI-China mencapai US$ 110 miliar tahun 2021. Untuk investasi, Beijing merupakan investor ketiga terbesar dengan total nilai invetasi sekitar US$ 3,2 miliar tahun 2021.


Pertemuan ke Korsel Juga Disorot

Sebenarnya selain ke China, Jokowi juga dijadwalkan berkunjung ke Jepang dan Korea Selatan (Korsel). Ia akan bertemu dengan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dan Presiden Korsel Yoon Seok Yeol pada 27-28 Juni besok.

Sementara, rencana pertemuan Jokowi dengan Yoon juga disorot oleh The Korea Times. Media asing tersebut menulis terkait kesepakatan pembayaran program jet tempur bersama, yang salah satunya mengembangkan jet tempur KF-21 Boramae.

The Korea Times menyebut ada secercah harapan terkait penyelesaian masalah keterlambatan pembayaran dalam pertemuan Jokowi dan Yoon Rabu besok. "Kedua pemimpin diharapkan untuk membahas dan mencapai kesimpulan tentang masalah tersebut," tulisnya.

Proyek KF-X sendiri ditujukan untuk membuat pesawat tempur dengan kemampuan lebih tinggi daripada KF-16. Korsel dan Indonesia telah menandatangani kesepakatan kerja sama dalam proyek tersebut pada tahun 2010.

Dalam kesepakatan tersebut, RI akan mendanai 1,6 triliun won, sebesar 20% dari total biaya pengembangan sebesar 8,8 triliun won, dengan imbalan sejumlah pesawat yang akan diproduksi di sana untuk TNI Angkatan Udara, serta alih teknologi. Namun Indonesia gagal membayar 800 miliar won yang dijanjikan pada bulan ini, dengan alasan masalah keuangan.


(tfa/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: China Kutuk Serangan Israel ke Iran, Minta Perang Disetop