Internasional

Rusia Minggir! Situasi Genting Taiwan-China karena Wanita AS

sef, CNBC Indonesia
26 July 2022 10:00
U.S. House Minority Leader Nancy Pelosi reacts to the results of the U.S. midterm elections at a Democratic election night rally in Washington, U.S. November 6, 2018. REUTERS/Al Drago
Foto: Nancy Pelosi (REUTERS/Al Drago)

Jakarta, CNBC Indonesia - Situasi China dan Taiwan kini makin memanas. Kunjungan potensial Ketua DPR Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi ke Taiwan, Agustus mendatang, menjadi penyebabnya.

Nancy Pelosi sendiri merupakan rekan satu partai Presiden Joe Biden, dari Demokrat. Ia dikenal sebagai seorang kritikus lama China, berteman dengan Dalai Lama dan pada tahun 1991 membuat marah Beijing karena membentangkan spanduk di Lapangan Tiananmen untuk mengenang aksi unjuk rasa pro demokrasi dua tahun sebelumnya.

Memang Pelosi belum mengonfirmasi kedatangannya. Meski begitu, ia mengatakan ke wartawan pekan lalu bahwa penting bagi AS untuk menunjukkan dukungan ke Taiwan dan hal tersebut diartikan sebagian kalangan aksi mendukung kemerdekaan Taipe.

Hal itu pun menimbulkan alarm di pemerintahan Biden yang khawatir perjalanan Pelosi dapat melewati "garis batas" China. Ini ditakutkan membawa masalah baru di mana tidak ada jalan keluar.

Biden secara terbuka mengatakan militer AS telah menentang perjalanan Pelosi pekan lalu. Apalagi perjalanan itu berdekatan dengan masa Presiden Xi Jinping, bersiap untuk pertemuan partai besar-besaran di akhir tahun guna melanggengkan kekuasaan di tengah tantangan ekonomi.

"Bukan ide yang baik," kata Biden kala itu.

China sendiri pun telah memperingatkan bahwa pihaknya tengah "bersiap-siap" untuk kunjungan Pelosi, Senin. China pun mengancam AS akan "menanggung semua tanggung jawab untuk semua konsekuensi serius" jika rencana itu benar-benar dilakukan.

Pemerintah China memang tak merinci di depan umum tindakan tegas apa yang akan diambil. Tetapi beberapa pakar China mengatakan reaksi Beijing dapat melibatkan komponen militer.

Pengamat menilai China memang selalu bereaksi secara tidak konsisten terhadap kunjungan kongres ke Taiwan. Tetapi kali ini mungkin cukup serius.

Speaker of the House Nancy Pelosi, D-Calif., leads the final vote of the impeachment of President Donald Trump for his role in inciting an angry mob to storm the Congress last week, at the Capitol in Washington, Wednesday, Jan. 13, 2021. (AP Photo/J. Scott Applewhite)Foto: Ketua DPR Nancy Pelosi, D-Calif., memimpin pemungutan suara terakhir pemakzulan Presiden Donald Trump atas perannya dalam menghasut massa yang marah untuk menyerbu Kongres minggu lalu, di Capitol di Washington, Rabu, 13 Januari, 2021. (AP / J. Scott Applewhite)
Speaker of the House Nancy Pelosi, D-Calif., leads the final vote of the impeachment of President Donald Trump for his role in inciting an angry mob to storm the Congress last week, at the Capitol in Washington, Wednesday, Jan. 13, 2021. (AP Photo/J. Scott Applewhite)

Diketahui China kerap mengirimkan sejumlah jet tempur jika pejabat AS datang ke Taiwan. Bahkan mengirim pernyataan resmi yang keras menentang AS saat kapal peruksak USS Benfold wara-wiri di Selat Taiwan 20 Juli.

"China akan merespons dengan tindakan balasan yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang terkuat yang pernah diambil sejak krisis Selat Taiwan," kata Shi Yinhong, seorang profesor hubungan internasional di Universitas Renmin China, dikutip CNN International.

"Jika Pelosi melanjutkan kunjungannya, Amerika Serikat pasti akan bersiap untuk menanggapi secara militer kemungkinan tanggapan militer China ... Situasi antara China dan AS akan sangat tegang."

Sesuatu yang dramatis, mungkin akan dilakukan China, menurut seorang ahli China di Universitas George Washington, Robert Sutter. Namun melarang kunjungan Pelosi jelas tak baik untuk pemerintah Biden.

"Mereka mungkin merasa harus melakukan sesuatu yang dramatis jika Pelosi benar-benar mendarat di Taipei," katanya dikutip AFP.

"Pemerintahan Biden menghadapi masalah nyata karena jika mereka mundur, jika mereka mencoba mencegah Pelosi pergi, mereka terlihat lemah dan seperti menyerah pada taktik tekanan China."

AS sendiri lebih mengakui China dibanding Taiwan sejak 1979. Selama itu pula pemerintahan berturut-turut telah berhati-hati untuk hanya mengakui "satu China" dengan tidak mengirim pejabat tinggi ke Taiwan.

Ibu Negara Ukraina Olena Zelenska (kanan), dengan Ketua DPR Nancy Pelosi, tiba untuk berbicara dengan anggota Kongres AS tentang invasi Rusia ke Ukraina, di Auditorium Pusat Pengunjung Capitol AS pada 20 Juli 2022, di Washington, DC. (POOL/AFP via Getty Images/SAUL LOEB)Foto: Ibu Negara Ukraina Olena Zelenska (kanan), dengan Ketua DPR Nancy Pelosi, tiba untuk berbicara dengan anggota Kongres AS tentang invasi Rusia ke Ukraina, di Auditorium Pusat Pengunjung Capitol AS pada 20 Juli 2022, di Washington, DC. (POOL/AFP via Getty Images/SAUL LOEB)
Ibu Negara Ukraina Olena Zelenska (kanan), dengan Ketua DPR Nancy Pelosi, tiba untuk berbicara dengan anggota Kongres AS tentang invasi Rusia ke Ukraina, di Auditorium Pusat Pengunjung Capitol AS pada 20 Juli 2022, di Washington, DC. (POOL/AFP via Getty Images/SAUL LOEB)

Sebenarnya, konflik militer pernah berkobar di Selat Taiwan pada 1950-an. Beijing menembaki beberapa pulau terpencil yang dikendalikan oleh Taipei pada dua kesempatan terpisah.

Krisis besar terakhir terjadi pada 1995-1996, setelah presiden Taiwan saat itu, Lee Teng-hui, mengunjungi AS. Marah dengan kunjungan, China menembakkan rudal ke perairan di sekitar Taiwan dan krisis berakhir hanya setelah AS mengirim dua kelompok tempur kapal induk ke daerah itu untuk menunjukkan dukungan yang kuat untuk pulau tersebut.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Asia Siaga 1 Perang! China Siap Tembak Rudal ke Laut Taiwan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular