
Daebak! Negeri K-Pop Kebal Resesi?

Perang yang terjadi antara Rusia-Ukraina, inflasi yang meninggi, hingga kebijakan moneter BoK menambah deretan panjang kendala pemulihan dan meningkatkan risiko stagflasi yang tentunya akan berpengaruh pada sektor perdagangan.
Namun, pemerintah Korea terus mengusahakan pertumbuhan ekonomi Korea Selatan semakin dipercepat pada kuartal terakhir tahun ini didukung oleh pengeluaran rumah tangga dan pemerintah diiringi dengan memberikan ruang bagi bank sentral untuk terus menaikkan suku bunga demi meredam inflasi.
Di sisi lain, Adanya potensi tindakan agresif dari BoK dalam menaikkan suku bunga acuan yang bisa menyebabkan perlambatan ekspansi dan pemulihan. Para ekonom mengatakan data yang optimistis memungkinkan bank sentral, yang bulan ini menaikkan suku bunga 50 basis poin yang belum pernah terjadi sebelumnya, untuk melanjutkan pengetatan kebijakan dalam beberapa bulan mendatang.
"Perekonomian pasti akan melambat karena inflasi yang berkepanjangan dan pendinginan ekspor, tetapi data yang solid hari ini adalah dorongan yang baik bagi bank sentral yang melihat inflasi sebagai risiko utama untuk saat ini," kata Chun Kyu-yeon, ekonom di Hana Financial Investment.
Sebelumnya, Subbraman kepala ekonom Nomura dalam acara Street Signs Asia memproyeksikan dalam 12 bulan ke depan zona euro, Inggris, Jepang, Australia, Kanada dan Korea Selatan juga akan mengalami resesi.
"Kenaikan suku bunga yang agresif artinya kita melihat kebijakan front loading. Dalam beberapa bulan kami telah melihat risiko resesi, dan sekarang beberapa negara maju benar-benar jatuh ke jurang resesi," tambah Subbraman.
Bank of Korea telah menaikkan suku bunga kebijakan dengan gabungan 1,75% menjadi 2,25% dari rekor terendah 0,5% sejak Agustus tahun lalu, dengan ekonom memperkirakan suku bunga berada di 2,75% pada akhir tahun ini. Bank mengadakan pertemuan kebijakan berikutnya pada 25 Agustus.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aum/aum)
[Gambas:Video CNBC]