
Siap-Siap! Barang Ini Bakal Mahal karena Rupiah Melemah

Jakarta, CNBC Indonesia - Posisi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terpantau masih bergerak di batas tipis di dekat Rp 15.000 per dolar AS. Pelemahan rupiah terhadap dolar AS ini tentu berpotensi menaikkan harga berbagai produk impor atau yang memiliki bahan baku mayoritas dari impor.
Perlu diketahui, barang impor biasanya dibanderol dengan dolar AS. Ini yang menyebabkan biaya barang-barang akan semakin mahal.
Adapun beberapa produk yang akan mengalami kenaikan harga seperti kendaraan bermotor. Karena komponen-komponen untuk merakit motor atau mobil sebagian harus diimpor.
Kemudian juga barang-barang elektronik konsumen seperti laptop, handphone, hingga kulkas. Saat rupiah melemah, harganya akan makin mahal aebab bahan baku seperti sirkuit elektronik dan chips harus diimpor.
Selain itu, produk tekstil seperti baju dan celana pun harganya bisa makin mahal. Karena Indonesia masih mengimpor katun sebagai bahan baku pakaiannya.
Sektor farmasi juga akan terkena dampak dari pelemahan rupiah terhadap dolar AS. Alasannya sebab porsi bahan bakunya yang mayoritas berasal dari luar negeri.
Akan tetapi, sebenarnya, ada sektor yang paling besar terdampak. Ini adalah harga pangan.
Pengaruh kenaikan harga pangan yang naik adalah inflasi yang makin panas. Per Juni, laju inflasi Indonesia mencapai 4,35% year-on-year/yoy.
Makanan pokok Indonesia seperti beras, jagung, gandum, kedelai, cabai, hingga bawang diimpor. Hal ini juga akan membuat harga bahan baku untuk makanan olahan pun makin mahal dan membuat harga jual ke konsumen semakin naik.
Ke depan, warga RI juga masih perlu bersiap pada dolar yang masih berpotensi menguat. Apalagi kalau bukan karena kenaikan suku bunga acuan oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang akan diumumkan pada Rabu (27/7/2022) besok waktu setempat.
Para pelaku pasar memprediksikan setidaknya ada kenaikan sebesar 75-100 basis poin (bps). Namun, jika mengacu pada FedWatch hanya sebanyak 9% memprediksikan kenaikan 100 bps, sisanya memprediksikan kenaikan 75 bps.
Selain itu, pada Kamis (28/7) juga akan dirilis data pertumbuhan ekonomi AS. Pada kuartal I-2022 pertumbuhan ekonomi AS berkontraksi di -1,6%. Namun, konsensus analisTrading Economicsmemprediksikan pertumbuhan kuartal II-2022 akan berada di 0,4% dan prediksi analis Trading Economics berada di 0,6%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Sempat Ngamuk, Benar Lho Indonesia Impor Air