Internasional

Daebak! Negeri K-Pop Kebal Resesi?

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
26 July 2022 10:44
Kemeriahan Satu Abad Gerakan Samil Negara KPOP
Foto: Warga Korea Selatan membawa obor dan bendera nasional ketika mereka berbaris di jalan selama upacara peragaan ulang Hari Gerakan Kemerdekaan Pertama Maret, peringatan pemberontakan 1919 melawan pemerintahan kolonial Jepang, di Cheonan, Korea Selatan, Kamis, 28 Februari, 2019. (AP / Lee Jin-man)

Jakarta, CNBC Indonesia - Laju pertumbuhan ekonomi Negeri Ginseng tercatat 2,9% pada kuartal II-2022. Lebih tinggi dibandingkan perkiraan konsensus pasar yang dihimpun Trading Economics dengan perkiraan 2,5%.

Produk Domestik Bruto (PDB) Negeri Ginseng tumbuh di luar ekspektasi banyak ekonom di tengah gejolak ekonomi global serta tertekannya kinerja ekspor pasca pembatasan Covid-19. Pertumbuhan ekonomi Korea Selatan tentunya begitu disorot pasalnya negara ini sempat melakukan lockdown dan sedang dalam fase pemulihan.

Namun di tengah kondisi inflasi yang meninggi, tindakan agresif dari Bank of Korea (BoK) menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin (bp) menjadi 2,25% berisiko menyebabkan perlambatan pemulihan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi Korea Selatan pada kuartal I-2022 tumbuh 3,1% year-on-year. Melambatnya pertumbuhan ekonomi negara keempat terbesar di Asia itu dipicu oleh pembatasan kegiatan untuk mencegah penularan Covid-19. Namun sedikit naik tak terduga dari perkiraan karena konsumsi yang kuat pasca pembatasan Covid-19 sehingga kenaikan konsumsi ini mengimbangi kinerja ekspor yang buruk.

Sementara, konsumsi swasta melonjak 3%, yang terbaik dalam setahun, setelah penurunan 0,5% pada kuartal pertama karena pemerintah pada April menghapus hampir semua pembatasan jarak sosial Covid-19. Konsumsi yang kuat datang meskipun serangkaian agresif kenaikan suku bunga Bank of Korea sejak Agustus tahun lalu.

Perekonomian juga menerima dorongan dari peningkatan pengeluaran pemerintah setelah parlemen menyetujui anggaran tambahan KRW 62 triliun (US$ 47,33 miliar) beberapa minggu setelah Presiden Yoon Suk-yeol menjabat pada awal Mei.

Namun, ekspor dan pengeluaran perusahaan untuk fasilitas produksi merosot di tengah perlambatan ekonomi China dan dampak dari perang di Ukraina serta gelombang global pengetatan kebijakan moneter untuk memerangi inflasi. Ekspor Negeri K-Pop menyusut karena pembatasan Covid-19, penurunan terbesar dalam dua tahun. Investasi juga ikut turun.

Perang yang terjadi antara Rusia-Ukraina, inflasi yang meninggi, hingga kebijakan moneter BoK menambah deretan panjang kendala pemulihan dan meningkatkan risiko stagflasi yang tentunya akan berpengaruh pada sektor perdagangan.

Namun, pemerintah Korea terus mengusahakan pertumbuhan ekonomi Korea Selatan semakin dipercepat pada kuartal terakhir tahun ini didukung oleh pengeluaran rumah tangga dan pemerintah diiringi dengan memberikan ruang bagi bank sentral untuk terus menaikkan suku bunga demi meredam inflasi.

Di sisi lain, Adanya potensi tindakan agresif dari BoK dalam menaikkan suku bunga acuan yang bisa menyebabkan perlambatan ekspansi dan pemulihan. Para ekonom mengatakan data yang optimistis memungkinkan bank sentral, yang bulan ini menaikkan suku bunga 50 basis poin yang belum pernah terjadi sebelumnya, untuk melanjutkan pengetatan kebijakan dalam beberapa bulan mendatang.

"Perekonomian pasti akan melambat karena inflasi yang berkepanjangan dan pendinginan ekspor, tetapi data yang solid hari ini adalah dorongan yang baik bagi bank sentral yang melihat inflasi sebagai risiko utama untuk saat ini," kata Chun Kyu-yeon, ekonom di Hana Financial Investment.

Sebelumnya, Subbraman kepala ekonom Nomura dalam acara Street Signs Asia memproyeksikan dalam 12 bulan ke depan zona euro, Inggris, Jepang, Australia, Kanada dan Korea Selatan juga akan mengalami resesi.

"Kenaikan suku bunga yang agresif artinya kita melihat kebijakan front loading. Dalam beberapa bulan kami telah melihat risiko resesi, dan sekarang beberapa negara maju benar-benar jatuh ke jurang resesi," tambah Subbraman.

Bank of Korea telah menaikkan suku bunga kebijakan dengan gabungan 1,75% menjadi 2,25% dari rekor terendah 0,5% sejak Agustus tahun lalu, dengan ekonom memperkirakan suku bunga berada di 2,75% pada akhir tahun ini. Bank mengadakan pertemuan kebijakan berikutnya pada 25 Agustus.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular