
Daebak! Negeri K-Pop Kebal Resesi?

Jakarta, CNBC Indonesia - Laju pertumbuhan ekonomi Negeri Ginseng tercatat 2,9% pada kuartal II-2022. Lebih tinggi dibandingkan perkiraan konsensus pasar yang dihimpun Trading Economics dengan perkiraan 2,5%.
Produk Domestik Bruto (PDB) Negeri Ginseng tumbuh di luar ekspektasi banyak ekonom di tengah gejolak ekonomi global serta tertekannya kinerja ekspor pasca pembatasan Covid-19. Pertumbuhan ekonomi Korea Selatan tentunya begitu disorot pasalnya negara ini sempat melakukan lockdown dan sedang dalam fase pemulihan.
Namun di tengah kondisi inflasi yang meninggi, tindakan agresif dari Bank of Korea (BoK) menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin (bp) menjadi 2,25% berisiko menyebabkan perlambatan pemulihan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi Korea Selatan pada kuartal I-2022 tumbuh 3,1% year-on-year. Melambatnya pertumbuhan ekonomi negara keempat terbesar di Asia itu dipicu oleh pembatasan kegiatan untuk mencegah penularan Covid-19. Namun sedikit naik tak terduga dari perkiraan karena konsumsi yang kuat pasca pembatasan Covid-19 sehingga kenaikan konsumsi ini mengimbangi kinerja ekspor yang buruk.
Sementara, konsumsi swasta melonjak 3%, yang terbaik dalam setahun, setelah penurunan 0,5% pada kuartal pertama karena pemerintah pada April menghapus hampir semua pembatasan jarak sosial Covid-19. Konsumsi yang kuat datang meskipun serangkaian agresif kenaikan suku bunga Bank of Korea sejak Agustus tahun lalu.
Perekonomian juga menerima dorongan dari peningkatan pengeluaran pemerintah setelah parlemen menyetujui anggaran tambahan KRW 62 triliun (US$ 47,33 miliar) beberapa minggu setelah Presiden Yoon Suk-yeol menjabat pada awal Mei.
Namun, ekspor dan pengeluaran perusahaan untuk fasilitas produksi merosot di tengah perlambatan ekonomi China dan dampak dari perang di Ukraina serta gelombang global pengetatan kebijakan moneter untuk memerangi inflasi. Ekspor Negeri K-Pop menyusut karena pembatasan Covid-19, penurunan terbesar dalam dua tahun. Investasi juga ikut turun.