Harga Sawit Kian Anjlok, Petani-Pengusaha Menjerit

Emir Yanwardhana & Ferry Sandi, CNBC Indonesia
22 July 2022 09:05
Pekerja mengangkut hasil panen kelapa Sawit di kebun Cimulang, Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/3). Badan Pusat Statistik BPS  mengumumkan neraca Perdagangan (Ekspor-impor) Pada bulan Februari, nilai ekspor mencapai US$ 12,53 miliar, atau turun 11,33% dari tahun sebelumnya (YoY). Nilai ekspor minyak sawit sepanjang Januari-Februari 2019 hanya mencapai US$ 2,94 miliar, yang artinya turun 15,06% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2018.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Pekerja mengangkut hasil panen kelapa Sawit di kebun Cimulang, Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/3). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah sudah menetapkan tarif pungutan ekspor semua produk minyak sawit mentah (CPO) dan turunannya menjadi nol. Tujuannya agar ekspor kembali bergeliat dan harga tandan buah segar (TBS) petani kembali terangkat. Sayangnya, hingga kini hal itu belum terjadi.

Menteri Perindustrian periode 2014-2016, Saleh Husin mengungkapkan bahwa pelaksanaan ekspor belum seperti yang diharapkan, belum bergeliat seperti normal.

"Ini yang di lapangan tidak seperti dibayangkan. Kebetulan saya pernah di dalam, tapi ini kan dibuatnya di atas kertas, di lapangan yang menderita petani, ini harus kita kaji bersama," katanya dalam Squawk Box, CNBC Indonesia (Kamis, 21/07/2022).

Salah satu kesulitan yang paling terasa dari pelaku usaha saat ini adalah soal logistik atau pengiriman. Hingga kini, sejumlah pengusaha yang telah bekerja sama pun seperti trauma dengan sejumlah kejadian ke belakang, misalnya pembatalan pengiriman ekspor CPO.

"Untuk mendatangkan kapal nggak mudah, bisa saja kapal merasa takut, jangan-jangan saya datang disana ga boleh lagi dimuat. Itu cost," sebut Saleh Husin yang juga Managing Director Sinarmas itu.

Senada, Direktur Keuangan Sawit Sumbermas Sarana, Jap Hartono juga menyebutkan konsisten kebijakan menjadi kunci terhadap peningkatan ekspor agar tidak mengganggu pasar.

"Dengan kebijakan berubah-rubah kesulitannya kita punya trading partner di luar negeri. Partner China, India, Afrika mereka garuk-garuk kepala what's going to happen next?" ujarnya dalam kesempatan yang sama.

Sementara itu, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan, mendapatkan tugas dari Presiden Joko Widodo (Jokowi), agar harga TBS petani sawit di atas Rp2.000 per kg. Karena itu, ujarnya, kabinet Jokowi sudah melakukan berbagai langkah. Mulai dari menghapus pungutan ekspor CPO dan turunannya sementara hingga akhir Agustus 2022. Lalu, akan mempercepat tenggat waktu penentuan harga acuan ekspor.

"Tapi saya cek sampai hari ini stok di tangki masih 7 juta ton. Rupanya itu biang keladi harga TBS nggak bisa naik ke atas karena pabrik belum mengosongkan tangkinya," kata Zulkifli usai melakukan pantauan harga pangan di pasar Cibinong, Jumat (22/7/2022).

Karena itu, imbuh dia, pemerintah tengah mempersiapkan strategi baru untuk mendongkrak ekspor agar bisa menaikkan harga TBS petani. 

Bukan hanya pengusaha, melainkan petani sawit pun juga merasakan kesulitan lebih parah. Harga TBS saat ini sudah menyentuh titik terendah, mencapai Rp 400/Kg dari harga normal di kisaran Rp 4.000/Kg.

Karena itu, Dewan Pembina Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Moeldoko mengingatkan para petani sawit agar bisa bijak mengatur keuangan, terutama di situasi ketidakpastian seperti saat ini. Harga tandan buah segar (TBS) petani belum normal setelah anjlok karena larangan ekspor minyak goreng dan CPO.

"Perlunya petani sawit itu me-manage keuangannya dengan baik. Kita punya pengalaman selama ini tidak ada yang bersifat, semua naik turun-naik turun sama dengan kehidupan kita," katanya dalam webinar sawit, Kamis (21/7/22).


(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Sawit Masih Murah, Petani Teriak Minta Percepat Ekspor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular