Internasional

Siap-siap! Bakal Ada Kabar (Buruk) Lagi dari Ekonomi Inggris

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
20 July 2022 10:52
Bendera Inggris
Foto: Inggris (AP Photo/Alastair Grant)

Jakarta, CNBC Indonesia - Inflasi di Inggris sepertinya masih akan terus meninggi dalam beberapa waktu ke depan. Hal ini tidak lepas dari inflasi produsen (producer price index/PPI) yang masih tinggi. Ketika inflasi produsen tinggi, maka harga juga ke konsumen akan meningkat. Hal ini akan berdampak pada inflasi (consumer price index/CPI).

Inflasi inggris pada Juni diperkirakan melambung ke 9,5% dari 9,1%, sementara indeks harga produsen Juni naik 23,5% dari 22,5%. Jika hal tersebut terjadi, artinya angka ini menjadi rekor baru sejak 1989. Sementara itu, Bank of England (BoE) juga memperkirakan inflasi akan mencapai 11% pada Oktober nanti.

Tekanan inflasi ini pun membuat BoE harus menaikkan suku bunga acuan yang berujung pada merosotnya indeks konsumen. Sentimen konsumen di Inggris tampaknya menjadi suram pasca gejolak kondisi ekonomi global yang berpengaruh pula terhadap situasi keuangan mereka sendiri selama setahun ke depan.

Penurunan pound sterling baru-baru ini telah menambah tekanan inflasi, meskipun prospek peningkatan pengeluaran publik atau memotong pajak untuk menopang kekayaan Partai Konservatif sedikit mendorong pound sterling.

Inggris lebih rentan terhadap resesi dan inflasi tinggi dibandingkan negara-negara Barat lainnya, yang semuanya sedang bergulat dengan guncangan pasar komoditas dan energi global. Pada April lalu, Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Inggris pada 2023 akan lebih lambat dan inflasi yang lebih tinggi dari ekonomi utama lainnya di seluruh dunia.

Bank sentral Inggris pun berpeluang mengerek lagi suku bunga acuannya di waktu mendatang demi menekan laju inflasi ke target2%.Bank Dunia dalam laporan terbarunya, Global Economic Prospects, juga mengingatkan hal yang sama. Kenaikan suku bunga acuan dan tingginya inflasi akan membuat sejumlah negara berjuang keras menahan arus modal keluar.

"Lonjakan inflasi, kenaikan suku bunga, beban utang besar, dan pertumbuhan ekonomi yang melambat akan membuat pasar keuangan sejumlah negara tertekan," tulis Bank Dunia.

Dikutip dari Reuters, pemerintah Inggris saat ini berfokus pada keuangan publik yang sehat dan menghindari inflasi lebih lanjut. Dalam pidato jamuan makan malam Mansion House tahunan London, Ia mengkonfirmasi akan metana ulang regulasi keuangan terutama inflasi untuk mendorong pertumbuhan jangka panjang.

"Itu berarti memberikan keuangan publik yang sehat untuk menghindari mendorong permintaan lebih jauh, memberikan bantuan untuk rumah tangga karena mereka menghadapi kenaikan harga terburuk dalam satu generasi" katanya dalam pidatonya.

"Negara harus merasa yakin bahwa kita bisa, dan kita akan, mengendalikan inflasi," tambah pidato tersebut.

Seorang pejabat BoE mengatakan suku bunga bank bisa mencapai 2% atau lebih tinggi selama tahun depan. Tindakan bank sentral Inggris tersebut untuk menekan laju inflasi setelah lonjakan harga pangan serta energi belakangan ini.

Masyarakat Inggris sedang memasuki masa depan ekonomi yang tidak menentu setelah terpukul pasca Covid-19 hingga berlanjut dengan dampak dari perang Rusia-Ukraina. Berdasarkan Laporan Stabilitas Keuangan, Bank Sentral Inggris (BoE) menyebut ekonomi Negeri Tiga Singa tengah memburuk. Perang di Ukraina ikut memperkeruh kondisi ekonomi.

Secara keseluruhan, penilaian konsumen terhadap kondisi bisnis dan kondisi pasar tenaga kerja saat ini terlihat pesimistis. Tentunya perekonomian Inggris begitu disorot karena merupakan negara kelima dengan perekonomian terbesar di dunia.

Perekonomian Inggris diperkirakan merosot. Gejolak ekonomi dunia dan ancaman resesi ekonomi global mempengaruhi ekonomi Inggris. Ekonomi Inggris yang saat ini mencetak rekor inflasi nyaris dobel digit, serta pertumbuhan ekonomi yang melambat.

Berdasarkan Laporan Stabilitas Keuangan, Bank Sentral Inggris (BoE) menyebut ekonomi Negeri Tiga Singa tengah memburuk. Perang di Ukraina ikut memperkeruh kondisi ekonomi.

Tekanan ekonomi seperti tiada ujungnya. Selain inflasi yang meninggi, indeks harga produsen (producer price index/PPI) Inggris mengalami kenaikan pada Mei 2022 diangka 22,1%. Prediksi tingginya inflasi inggris pada bulan berikutnya juga ikut memicu kenaikan indeks harga produsen. Reuters Poll memperkirakan bahwa indeks harga produsen pada Juni 2022 naik 23,2%.

Indeks harga produsen mengukur harga barang saat siap keluar dari pabrik. Tingginya harga produsen akan berimplikasi pada harga jual barang yang lebih mahal pada bulan-bulan berikutnya. Kenaikan dari harga energi dan harga komoditas lain akan kembali meningkatkan inflasi.

Situasi tersebut cukup pelik bagi pelaku usaha. Sebab apakah pelaku usaha tersebut akan mulai melakukan efisiensi, yang artinya mencari bahan baku yang lebih murah, menurunkan kualitas produk jualnya, atau akan meneruskan biaya ini kepada konsumen.

Oleh sebab itu, ketika inflasi produsen tinggi, maka harga juga ke konsumen akan meningkat. Hal ini akan berdampak pada inflasi (consumer price index/CPI).

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular