Ini Alasan RI 'Ogah' Bantu Eropa Dari Krisis Gas Rusia
Jakarta, CNBC Indonesia - Eropa sedang ketar-ketir, beberapa negara terancam bakal krisis suplai gas akibat dari Perusahaan gas Rusia Gazprom yangmasih menghentikan aliran gas dari Pipa Nord Stream 1.
Pipa utama yang mengirimkan gas ke Eropa seperti halnya Jerman dan sekitarnya itu dihentikan sementara, yang katanya sampai Kamis (21/7/2022) ini. Beredar kabar Gazprom tidak dapat menjamin aliran pasokan ke Eropa karena keadaan 'luar biasa'.
Hal ini dilontarkan saat Benua Biru dan sekutu Barat lainnya masih menerapkan sanksi terhadap Moskow akibat serangannya ke Ukraina.
Gazprom mengatakan dalam sebuah surat tertanggal 14 Juli bahwa mereka secara surut menyatakan force majeure pada pasokan mulai 14 Juni. Force majeure sendiri merupakan suatu kondisi ekstrem di luar kendali yang membebaskan suatu pihak dari kewajiban hukum mereka.
Kabar terbaru pada hari Rabu ini (20/7/2022), dua orang sumber mengatakan bahwa aliran gas Rusia melalui pipa Nord Stream 1 diperkirakan akan kembali beroperasi sesuai jadwal pada Kamis (21/7/2022).
Sumber tersebut menyatakan pipa itu diharapkan untuk melanjutkan operasi tepat waktu, tetapi volume yang dialirkan akan kurang dari kapasitasnya normalnya sekitar 160 juta meter kubik per hari.
Sejatinya, akibat ancaman itu, beberapa negara Eropa sudah mencari substitusi akan impor gas dari negara lain termasuk salah satunya adalah Indonesia. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) membenarkan bahwa ada beberapa negara Eropa yang mengatakan keinginannya untuk membeli gas berupa Liquefied Natural gas (LNG) dari Indonesia.
"Memang ada permintaan dari negara negara Eropa karena terbatasnya gas dari Rusia. Tapi sayangnya suplai gas kita untuk bisa mengirimkan LNG ke sana saat ini belum bisa kita upayakan," kata Deputi Keuangan dan Monetisasi SKK Migas, Arief Setiawan Handoko dalam konferensi pers di Gedung SKK Migas Jakarta, Jumat (15/7/2022).
SKK Migas memastikan, hingga 2023 mendatang Indonesia tidak dapat memasok kebutuhan LNG untuk sejumlah negara di Eropa. Pasalnya, produksi LNG hingga 2023 seluruhnya telah diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan pembeli yang sudah memiliki kontrak. Sehingga bisa dipastikan tidak ada pasokan LNG yang tersisa untuk memenuhi pembeli dari Eropa.
Sekalipun nantinya proyek seperti Tangguh Train 3 on stream. "Yang jelas 2023 gak bisa mencukupi. Kecuali ada tambahan baru gas dari Kalimantan masuk ke LNG Bontang, nah itu mungkin bisa," ujar Arief saat ditemui di Gedung SKK Migas, Jumat (15/7/2022).
Berdasarkan pemaparannya, setidaknya produksi siap jual (lifting) LNG hingga Semester I-2022 telah mencapai 88,5 kargo. Produksi tersebut berasal dari Kilang Tangguh sebanyak 50,2 kargo dan sisanya berasal dari Kilang Bontang yakni 38,3 kargo.
Sementara, sepanjang tahun ini total lifting LNG diproyeksikan dapat mencapai 197,6 kargo yang terdiri atas lifting dari kilang Tangguh 116,6 kargo dan sisanya dari Kilang Bontang 81 kargo.
(pgr/pgr)