Terungkap, Alasan RI Ogah Bantu Eropa Dari Krisis Gas Rusia

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
21 July 2022 14:25
FILE PHOTO: The logo of the Nord Stream 2 gas pipeline project is seen on a pipe at the Chelyabinsk pipe rolling plant in Chelyabinsk, Russia, February 26, 2020. REUTERS/Maxim Shemetov/File Photo
Foto: REUTERS/Maxim Shemetov

Jakarta, CNBC Indonesia - Negara-negara di Eropa sejatinya sedang ketar-ketir. Benua biru itu terancam krisis suplai gas akibat dari tersendatnya pasokan gas dari Rusia. Terlebih Perusahaan gas Rusia GazpromĀ sempat menghentikan aliran gas dari Pipa Nord Stream 1.

Pipa utama yang mengirimkan gas ke Eropa seperti halnya Jerman dan sekitarnya itu dihentikan sementara, yang pada Kamis hari ini (21/7/2022) sudah dibuka kembali setelah menyelesaikan pekerjaan pemeliharaan selama 10 hari atau ditutup sejak 11 Juli untuk menjalani pemeliharaan tahunan. "Ini bekerja," kata juru bicara Nord Stream, tanpa menyebutkan jumlah gas yang dikirim.

Beredar kabar dari dua sumber Reuters sebelumnya, Rabu (20/7/2022), volume yang dialirkan akan kurang dari kapasitasnya normalnya sekitar 160 juta meter kubik per hari.

Sejatinya, akibat ancaman seretnya pasokan gas itu, beberapa negara Eropa sudah mencari substitusi akan impor gas dari negara lain termasuk salah satunya adalah Indonesia. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) membenarkan bahwa ada beberapa negara Eropa yang mengatakan keinginannya untuk membeli gas berupa Liquefied Natural Gas (LNG) dari Indonesia.

"Memang ada permintaan dari negara negara Eropa karena terbatasnya gas dari Rusia. Tapi sayangnya suplai gas kita untuk bisa mengirimkan LNG ke sana saat ini belum bisa kita upayakan," kata Deputi Keuangan dan Monetisasi SKK Migas, Arief Setiawan Handoko dalam konferensi pers di Gedung SKK Migas Jakarta, Jumat (15/7/2022).

SKK Migas memastikan, hingga 2023 mendatang Indonesia tidak dapat memasok kebutuhan gas alam cair atau LNGĀ untuk sejumlah negara di Eropa.

Pasalnya, produksi LNG hingga 2023 seluruhnya telah diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan pembeli yang sudah memiliki kontrak. Sehingga bisa dipastikan tidak ada pasokan LNG yang tersisa untuk memenuhi pembeli dari Eropa.

Sekalipun nantinya proyek seperti Tangguh Train 3 on stream. "Yang jelas 2023 gak bisa mencukupi. Kecuali ada tambahan baru gas dari Kalimantan masuk ke LNG Bontang, nah itu mungkin bisa," ujar Arief saat ditemui di Gedung SKK Migas, Jumat (15/7/2022).

Berdasarkan pemaparannya, setidaknya produksi siap jual (lifting) LNG hingga Semester I-2022 telah mencapai 88,5 kargo. Produksi tersebut berasal dari Kilang Tangguh sebanyak 50,2 kargo dan sisanya berasal dari Kilang Bontang yakni 38,3 kargo.

Sementara, sepanjang tahun ini total lifting LNG diproyeksikan dapat mencapai 197,6 kargo yang terdiri atas lifting dari kilang Tangguh 116,6 kargo dan sisanya dari Kilang Bontang 81 kargo.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Eropa Kehabisan Gas Rusia, Maaf ya RI Gak Bisa Bantu!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular