
CT Minta Pajak Main ke 'Hutan', Apa Jawaban Sri Mulyani?

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan masih banyak pekerjaan rumah (PR) yang harus terus diperbaiki, terutama dalam peraturan pengumpulan pajak di dalam negeri.
Sri Mulyani bilang, saat ini kebutuhan ekonomi telah berubah, tantangan semakin rumit, oleh karena itu negara harus terus memungut pajak demi melakukan pembangunan berkelanjutan di dalam negeri.
Karena kebutuhan pembangunan masih banyak, pun kebutuhan untuk memperbaiki birokrasi juga membutuhkan dana yang tidak sedikit.
"Dana-dana untuk memperbaiki TNI, Polri, jalan raya, pendidikan yang bagus harus di collect dari pajak. Jadi, kebutuhannya jelas," tutur Sri Mulyani dalam perayaan Hari Pajak, Selasa (19/7/2022).
Banyak hal yang perlu terus diperbaiki demi untuk meningkatkan kepatuhan dan penerimaan pajak. Salah satu yang terus dilakukan pemerintah, kata Sri Mulyani melalui reformasi legislasi dan meningkatkan teknologi sistem pajak.
![]() Sri Mulyani dalam acara perayaan hari pajak. (Tangkapan layar Youtube Direktorat Jenderal Pajak) |
Di dalam satu panggung yang sama, Chairman & Founder CT Corp Chairul Tanjung menilai kerja Direktorat Jenderal Pajak (DJP) di bawah Menteri Keuangan Sri Mulyani terbilang cukup membaik, namun perjuangan menuju pajak berkeadilan masih jauh dari kata selesai.
Pria yang kerap disapa CT itu menekankan, dalam menarik pajak jangan seperti berburu di kebun binatang saja. Artinya, pajak yang ditarik jangan dari wajib pajak yang itu-itu saja.
"Sekali-kali di hutan juga. [...] Karena kita tahu, banyak sekali pengusaha-pengusaha gak dikenal, usahanya gak dikenal. Karena saya di perbankan, uangnya ratusan miliar atau triliun. Itu kalau uang saya dibanding uang dia banyakan uang dia dibandingkan uang saya, dan mereka belum tersentuh," jelas CT.
![]() Chairul Tanjung dalam acara perayaan hari pajak. (Dok: Ditjen Pajak) |
Kuncinya, menurut CT adalah komunikasi, jangan sampai otoritas pajak terlalu menekan pengusaha. Pengusaha, diibaratkan CT sebagai ayam petelur. Ayam adalah pengusahanya dan telur adalah hasil usahanya.
"Temen-temen pajak harus mengingat pengusaha ini kan ayam petelur, telurnya diambil yang proper jangan sampai ayamnya stress. Kalau ayamnya stres dia gak bertelur lagi. [...] Komunikasi jadi kata kunci," tuturnya.
Tidak sampai di situ, peraturan pemungutan pajak, menurut CT juga harus jelas, harus tertuang di dalam regulasi alias hitam di atas putih.
"Dulu mau bikin aturan hitam dan putih gak mau orang pajak, maunya abu-abu terus aturannya. Karena saya ikut terlibat betul, begitu mau di hitam-putihkan against (menolak). Kalau abu-abu peluang makin banyak, berharap sekarang makin bisa hitam dan putih," kata CT lagi.
Sri Mulyani kemudian kembali menimpali pernyataan CT. Sri Mulyani mendengarkan dengan baik masukan dari para pengusaha, termasuk CT. Dirinya mengaku akan berupaya menghilangkan daerah abu-abu seperti yang dimaksud CT.
"Kita semua mendapatkan feedback yang baik. Harus perbaiki peraturan undang-undang, semaksimal mungkin menghilangkan daerah abu-abu, walaupun perekonomian dengan disrupsi melihat diskresi tetap diperlukan," jelas Sri Mulyani.
"Kalau straight hitam putih dan straight forward, diharapkan dengan adaptasi. Gak harus jadi excuse bahwa memelihara abu-abu for the sake negosiasi, itu yang harus kita koreksi untuk semakin baik," kata Sri Mulyani lagi.
(cap/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pesan CT ke Pajak: Ambil Telur Boleh, Ayamnya Jangan Stres!