Internasional

Duh Ada Kabar Kurang Enak dari Ekonomi Jepang

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
19 July 2022 13:21
A woman wearing a mask walks past a Japanese flag Wednesday, March 11, 2020, in Tokyo. For most people, the new coronavirus causes only mild or moderate symptoms, such as fever and cough. For some, especially older adults and people with existing health problems, it can cause more severe illness, including pneumonia. The vast majority of people recover from the new virus. (AP Photo/Jae C. Hong)
Foto: Jepang (AP/Jae C. Hong)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi Jepang kemungkinan akan tumbuh lebih lambat dari yang diperkirakan sebelumnya pada sepanjang sisa tahun fiskal, menurut data jajak pendapat Reuters. Ini terjadi akibat meningkatnya risiko perlambatan ekonomi global dan turunnya pasokan eksportir Jepang.

Meski begitu, para analis masih memproyeksikan pertumbuhan Jepang untuk tetap positif sepanjang tahun fiskal hingga Maret 2023. Ini terjadi berkat pemulihan konsumsi yang menyumbang lebih dari setengah produk domestik bruto negara itu.

"Ekonomi Jepang diproyeksikan tumbuh 3,1% tahunan pada kuartal ini dan lebih rendah dari 3,5% yang diperkirakan dalam survei Juni," tulis media Inggris itu memuat perkiraan median dari 36 ekonom dalam jajak pendapat 4-15 Juli lalu.

Ekonom dalam jajak pendapat tersebut juga menurunkan perkiraan pertumbuhan untuk kuartal Oktober-Desember dan Januari-Maret. Pertumbuhan kuartal akhir juga dipangkas lebih tajam, menjadi 3,2% dari 4,1% pada Juni.

Diketahui Jepang rentan terhadap prospek pertumbuhan suram di mitra dagang utama seperti Amerika Serikat (AS) dan China. Ini memicu kekhawatiran resesi dan stagflasi di seluruh dunia.

"Faktor terbesar di balik penurunan peringkat secara keseluruhan adalah meningkatnya rasa perlambatan ekonomi AS," kata Ekonom utama di S&P Global Market Intelligence, Harumi Taguchi. Tagachi juga mengatakan kebijakan nol-Covid milik China juga dapat memperpanjang kemacetan pasokan bagi eksportir Jepang, yang sebelumnya telah terpukul oleh kenaikan harga komoditas tanpa henti setelah serangan Rusia ke Ukraina.

Analis dalam jajak pendapat memperkirakan produksi industri Jepang telah berkontraksi 3,8% pada April-Juni dari tahun sebelumnya, yang akan diikuti oleh sedikit pemulihan 2,2% output pada Juli-September. Di dalam negeri, ekonomi kemungkinan akan terus diuntungkan dari pemulihan pengeluaran rumah tangga karena permintaan untuk layanan seperti perjalanan setelah pencabutan pembatasan virus corona pada Maret.

"Kenaikan harga tampaknya tidak menekan konsumsi swasta sekarang, meskipun dampaknya bisa lebih besar jika terus berlanjut," kata ekonom senior di Shinkin Central Bank Research Institute, Takumi Tsunoda, menambahkan peningkatan baru kasus virus corona telah menambah ketidakpastian pada prospek konsumsi.

Perkiraan median ekonom dalam jajak pendapat menunjukkan inflasi konsumen inti tahunan Jepang kemungkinan mencapai 2,4% pada Oktober-Desember dan kemudian sejalan dengan target Bank of Japan (BOJ) 2,0% awal tahun depan. Tetapi hampir 90% analis mengatakan pelonggaran kebijakan BOJ tidak akan terjadi sampai 2023 atau lebih.


(tfa/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Anti Resesi! Ekonomi Jepang Tumbuh 2,2%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular