10 Ekonom Beda Pendapat Soal Harga BBM, Naik atau Tidak Nih?

Maesaroh, CNBC Indonesia
Kamis, 14/07/2022 15:56 WIB
Foto: SPBU Pertamina (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia- Pemerintah sudah memutuskan untuk tidak menaikkan harga BBM di tengah lonjakan harga minyak mentah dunia. Sebagian ekonom melihat langkah tersebut sudah tepat tetapi sebagian lainnya menilai sudah saatnya bagi pemerintah untuk menaikkan harga BBM, terutama jika harga minyak terus melonjak.

"Sampai akhir tahun saya rasa APBN mampu menahan subsidi energi termasuk BBM. Saat ini anggarannya Rp 502 triliun, pilihannya memang sulit," ujar Jokowi dalam pertemuan dengan sejumlah Pemimpin Redaksi Media Massa, Rabu (13/7/2022).

CNBC Indonesia telah meminta pendapat kepada 10 ekonom mengenai perlu tidaknya pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi seperti solar dan Pertalite. Dari 10 ekonom, tiga di antaranya melihat harga BBM sudah dinaikkan untuk mengurangi beban APBN. Sementara sisanya memandang APBN yang ada sekarang ini masih mencukupi untuk memberikan subsidi.


1. Andry Asmoro (Bank Mandiri)

Andry Asmoro mengatakan dengan harga minyak mentah dunia yang terus meningkat maka sebaiknya pemerintah dapat mulai menaikkan pelan-pelan untuk BBM.

"Namun, kenaikan (dilakukan) dengan yang oktan lebih tinggi terlebih dahulu," tutur Andry. Bank Mandiri memperkirakan setiap kenaikan 10% harga Pertalite akan menyebabkan kenaikan inflasi sebesar 0,4 poin persentase (ppt).

"Sementara ke pertumbuhan ekonomi lebih kecil sepanjang kenaikan tidak langsung drastis," imbuhnya. Sebagai catatan, pemerintah sudah menaikkan harga Pertamax per 1 April lalu dan harga Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex pada Juli ini.

2. Putera Satria Sambijantoro (Bahana Sekuritas)

Satria mengatakan Pertalite bisa dinaikkan secara terbatas. Kenaikan tidak boleh mengikuti sepenuhnya dari harga pasar karena akan memberatkan.

Seperti diketahui, Pertalite merupakan BBM yang paling banyak digunakan masyarakat Indonesia. Konsumsi Pertalite pada tahun lalu mencapai 23,29 juta kilo liter sementara harganya kini dibanderol Rp 7.650/liter

"BBM khususnya Pertalite seharusnya dinaikkan terbatas, namun tidak dilepas sepenuhnya pada harga pasar untuk mengendalikan inflasi domestik," tutur Satria.

3. Tirta Citradi (MNC Sekuritas)

Tirta mengatakan kenaikan harga BBM tidak terelakkan karena harga minyak mentah yang terus melonjak. Harga minyak mentah brent memang melanda dalam tiga hari terakhir ke bawah level US$ 100 per barel tetapi tetap lebih tinggi dibandingkan pada 2020-dan 2021.

"Namun harus dilihat kembali jenis mana yang harus dinaikkan. Pemerintah sudah menaikkan Pertamax non-subsidi. Kenaikan harga BBM lain akan bersifat inflationary dan dengan bobot BBM terhadap konsumsi masyarakat cukup besar sehingga bobot ke inflasi juga tentunya akan lumayan," tuturnya.

Sementara tujuh ekonom lain mengatakan pemerintah belum perlu menaikkan harga BBM karena anggaran mencukupi dan penting bagi pemerintah untuk menjaga momen pertumbuhan ekonomi.


1. David Sumual (BCA)

David mengatakan pemerintah masih mungkin menahan harga BBM hingga 2023. Dia mengingatkan kenaikan harga BBM berdampak signifikan terhadap percepatan inflasi, dan penurunan daya beli serta konsumsi. Dampak yang ditimbulkan dari kenaikan harga BBM bisa menekan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia sekitar 0,5%.

"Harga BBM mungkin dapat ditahan hingga tahun 2023, mengingat perluasan anggaran yang telah dilakukan dan ekspektasi penurunan defisit anggaran seiring kenaikan penerimaan negara," tutur David.

2. Josua Pardede (Bank Permata)

Josua mengatakan dengan kondisi saat ini, pemerintah belum perlu menaikkan harga bahan bakarnya. Dia mengkhawatirkan inflasi akan melambung bila pemerintah melepas sepenuhnya harga energi ke pasar. Dengan kebijakan pemerintah untuk menahan harga bahan bakar, diperkirakan inflasi cenderung bergerak stabil dan pertumbuhan ekonomi tidak terhambat.

"Tidak hanya dari sisi inflasi, harga minyak global secara gradual terus menurun di tengah kekhawatiran resesi global, sehingga diperkirakan subsidi energi akan mulai berkurang ke depannya," ujar Josua.


(mae/mae)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Pertamina Masih Akan Tingkatkan Pasokan BBM 5 Tahun Ke Depan

Pages