Simak! Ini Sinyal Jokowi untuk Harga BBM Subsidi & LPG 3 Kg

Wahyu Daniel, CNBC Indonesia
13 July 2022 18:32
Presiden Joko Widodo meninjau langsung Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BBPadi) di Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat, pada Selasa, 12 Juli 2022. (Muchlis Jr - Biro Pers Sekretariat Presiden)
Foto: Presiden Joko Widodo meninjau langsung Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BBPadi) di Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat, pada Selasa, 12 Juli 2022. (Muchlis Jr - Biro Pers Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga energi dunia tengah naik tinggi akibat perang yang terjadi antara Rusia dengan Ukraina. Di Indonesia harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi, elpiji non subsidi, hingga listrik untuk daya 3.000 Va sudah dinaikkan. Untuk BBM, elpiji, dan listrik subsidi bagaimana?

Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan sinyal tidak akan menaikkan harga energi subsidi, seperti BBM jenis Pertalite, elpiji 3 kg, hingga listrik subsidi. Dia menyadari, saat ini pemerintah harus mengeluarkan dana hingga Rp 502 triliun untuk subsidi energi.

"Sampai akhir tahun saya rasa APBN mampu menahan subsidi energi termasuk BBM. Saat ini anggarannya Rp 502 triliun, pilihannya memang sulit," ujar Jokowi dalam pertemuan dengan sejumlah Pemimpin Redaksi Media Massa, Rabu (13/7/2022).

Dia mengatakan, bila harga BBM, elpiji, hingga listrik subsidi dinaikkan maka akan terjadi laju inflasi yang tinggi. Saat ini pemerintah sedang melakukan berbagai kajian untuk mengatasi laju subsidi energi. Salah satunya adalah pembatasan kendaraan yang bisa mengonsumsi BBM subsidi jenis Pertalite.

Kenaikan harga energi disampaikan Jokowi terjadi di mana-mana. Dia mencontohkan beberapa negara seperti Inggris dan Singapura yang harga BBM-nya bahkan sudah mencapai di atas Rp 30.000/liter.

Seperti diketahui, PT Pertamina (Persero) baru saja melakukan penyesuaian harga kepada tiga produk Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi. Ketiga jenis produk tersebut yakni Pertamax Turbo (RON 98), Dexlite, dan juga Pertamina Dex.

Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, mengatakan harga BBM non subsidi mengalami kenaikan karena harus disesuaikan dengan harga pasar. Meskipun kenyataannya, harga yang dipatok Pertamina masih di bawah harga produk BBM yang dijual badan usaha swasta lainnya.

Sebelumnya, Nicke menyebut harga jual BBM yang ditetapkan Pemerintah saat ini sangat rendah. Per Juli 2022 misalnya, untuk Solar CN-48 atau Biosolar (B30), dijual dengan harga Rp 5.150 per liter, padahal harga keekonomiannya mencapai Rp 18.150. Dengan begitu, maka untuk setiap liter Solar, Pemerintah harus membayar subsidi Rp 13 ribu.

Berikutnya yakni Pertalite, harga jual masih tetap Rp 7.650 per liter, sedangkan harga pasar saat ini adalah Rp 17.200 per liter. Sehingga untuk setiap liter Pertalite yang dibayar oleh masyarakat, Pemerintah harus mensubsidi sebesar Rp 9.550 per liternya.


(wed/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Potret SPBU di Tengah Isu Perubahan Skema Subsidi BBM Cs

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular