10 Ekonom Beda Pendapat Soal Harga BBM, Naik atau Tidak Nih?

Maesaroh, CNBC Indonesia
14 July 2022 15:56
Warga mengisi bensin di Kawasan SPBU Kuningan Rasuna Said, Jakarta, Selasa, 28/Juni/2022. PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya PT Pertamina Patra Niaga berencana mengatur pembelian Jenis Bahan Bakar Minyak (BBM) Khusus Penugasan (JBKP) seperti Pertalite dan juga BBM Solar Subsidi. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Warga mengisi bensin di Kawasan SPBU Kuningan Rasuna Said, Jakarta, Selasa, 28/Juni/2022. PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya PT Pertamina Patra Niaga berencana mengatur pembelian Jenis Bahan Bakar Minyak (BBM) Khusus Penugasan (JBKP) seperti Pertalite dan juga BBM Solar Subsidi. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

3. Juniman (Maybank Indonesia)

Juniman mengatakan sampai saat ini anggaran pemerintah masih cukup kuat untuk menambah subsidi BBM demi menjaga daya beli masyarakat dan proses pemulihan ekonomi nasional.

"Namun ke depannya, pemerintah juga harus mengantisipasi jika harga minyak terus naik yang berdampak beban subsidi BBM terus naik. Jika ini terjadi membuat kondisi fiskal kita juga dalam tekanan," tutur Juniman.

Dalam hitungan Maybank, setiap kenaikan harga BBM sebesar 10%, maka ada tambahan inflasi sebesar 0,7%. Kalau terjadi kenaikan harga BBM yang tinggi maka Bank Indonesia (BI) diperkirakan juga akan menaikkan suku bunga acuan untuk menahan lonjakkan inflasi.

Domino efek berikutnya dari kenaikkan harga BBM adalah membuat daya beli turun dan pada gilirannya pertumbuhan ekonomi akan melambat.

4. Mika Martumpal (CIMB Niaga)

Mika mengatakan belum perlu bagi pemerintah untuk menaikkan harga BBM. Langkah pemerintah untuk menjaga harga BBM bisa membuat infasi terkendali dan pertumbuhan ekonomi lebih kuat.

5.BNI Sekuritas, ekonom Damhuri Nasution

Damhuri mengatakan keputusan pemerintah yang belum menyesuaikan harga BBM dan Elpiji bersubsidi saat ini merupakan langkah yang tepat untuk meredam gejolak yang bersumber dari eksternal. Dengan keputusan tersebut, maka laju inflasi di dalam negeri tetap terjaga, sehingga pemulihan daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya pulih akibat pandemi masih terus berlanjut.

"Jika harga BBM dan LPG bersubsidi disesuaikan, maka laju inflasi meningkat signifikan dan akan diikuti dengan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia yang signifikan pula. Hal ini tentu akan memperlambat pemulihan ekonomi nasional yang saat ini sedang berlangsung," ujar Damhuri.

6. Irman Faiz (Bank Danamon)

Irman mengatakan harga BBM masih dapat ditahan dengan tambahan susidi dan kompensasi dari pemerintah. Namun, jika harga minyak dunia mencapai US$ 130 per barel secara rata-rata tekanan untuk meningkatkan harga BBM subsidi domestik akan tinggi.

"Untuk BBM non-subsidi, selisih dengan harga keekonomian memang cukup lebar, sehingga wajar jika terjadi penyesuaian. Jika harga BBM subsidi dinaikan, dampaknya ke inflasi akan cukup besar," ujar Irman.

Dalam hitungan Bank Danamon, setiap kenaikan Rp1,000/liter untuk BBM bersubsidi dapat berkontribusi sekitar 144 ppt terhadap inflasi umum. "Untuk ke pertumbuhan, dampaknya akan lagging dan mulai terasa ditahun depan jika kenaikan harga BBM subsidi terjadi," imbuhnya.

7. Bhima Yudhistira (Celios)

Bhima mengatakan belum perlu bagi pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi. "Meski jadi beban APBN tapi banyak kelas menengah rentan yang sebelumnya mampu beli Pertamax, sekarang hanya mampu beli Pertalite. Momentum kurang pas lakukan kenaikan harga BBM," tuturnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA

 

 

 

(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular