Blak-blakan Bos Pertamina Soal Kenaikan Harga BBM

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
13 July 2022 11:40
Dirut Pertamina, Nicke Widyawati Memberi Keterengan Pers Terkain Insiden Tangki Terbakar (Tangkapan Layar Zoom)
Foto: Dirut Pertamina, Nicke Widyawati Memberi Keterengan Pers Terkain Insiden Tangki Terbakar (Tangkapan Layar Zoom)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) baru saja melakukan penyesuaian harga kepada tiga produk Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi. Ketiga jenis produk tersebut yakni Pertamax Turbo (RON 98), Dexlite dan juga Pertamina Dex.

Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati mengatakan untuk BBM non subsidi mengalami kenaikan karena harus disesuaikan dengan harga pasar. Meskipun kenyataanya, harga yang dipatok Pertamina masih di bawah harga produk BBM yang dijual badan usaha swasta lainnya.

"Itu disesuaikan sesuai formula yang dikeluarkan oleh Kementerian ESDM. Jadi secara berkala, jika harga minyak dunia yang juga terefleksi dengan ICP maka dengan menggunakan format tersebut, harga BBM non subsidi memang dinaikkan. Ini bisa naik dan turun menyesuaikan harga minyak mentah," kata dia dalam Economic Challenges, Selasa Malam (12/7/2022).

Adapun rinciannya yakni untuk Pertamax Turbo (RON 98) naik dari awalnya Rp 14.500 per liter menjadi Rp 16.200 per liter, Dexlite naik dari Rp 12.950 per liter menjadi Rp 15.000 per liter.

Kemudian, Pertamina Dex naik dari Rp 13.700 per liter menjadi Rp 16.500 untuk wilayah DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

Nicke tak menampik bahwa dengan adanya kebijakan penyesuain harga terhadap produk produk BBM non subsidi, maka sudah pasti migrasi pengguna dari yang sebelumnya mengkonsumsi non subsidi kemudian beralih menggunakan BBM penugasan seperti Pertalite.

"Itu pasti terjadi, migrasi kami hitung betul. Ketika kita akan menaikkan harga, kita hitung berapa perpindahannya, Jadi ini yang dilakukan pengaturan lebih lanjut agar perpindahan ini tetap terkendali tidak semuanya pindah ke BBM subsidi karena nanti akan menambah beban negara," kata dia.

Sebelumnya, Nicke menyebut harga jual BBM yang ditetapkan Pemerintah saat ini sangat rendah. Per Juli 2022 misalnya, untuk Solar CN-48 atau Biosolar (B30), dijual dengan harga Rp 5.150 per liter, padahal harga keekonomiannya mencapai Rp 18.150. Dengan begitu, maka untuk setiap liter Solar, Pemerintah harus membayar subsidi Rp 13 ribu.

Berikutnya yakni Pertalite, harga jual masih tetap Rp 7.650 per liter, sedangkan harga pasar saat ini adalah Rp 17.200 per liter. Sehingga untuk setiap liter Pertalite yang dibayar oleh masyarakat, Pemerintah harus mensubsidi sebesar Rp 9.550 per liternya.

Sedangkan untuk Pertamax, Pertamina masih mematok harga Rp 12.500. Padahal untuk RON 92, kompetitor sudah menetapkan harga sekitar 17 ribu. Karena secara keekonomian harga pasar telah mencapai Rp 17.950.

"Kita masih menahan dengan harga 12.500, karena kita juga pahami kalau Pertamax kita naikkan setinggi ini, maka shifting ke Pertalite akan terjadi, dan tentu akan menambah beban negara," ujar Nicke.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pertamina Bakal Alokasikan Rp2.323 T untuk Energi Hijau

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular