Internasional
Heboh China Gegara Tabungan Nasabah Bank-bank Kecil "Hilang"

Jakarta, CNBC Indonesia - Warga China yang menabung di bank-bank kecil tengah heboh. Mereka tidak bisa mengakses tabungan.
Uang mereka kini terancam hilang. Hal ini dimulai sejak April dan terus melebar di Mei.
Masalah dimulai ketika empat bank di provinsi Henan menangguhkan penarikan tunai. Regulator perbankan nasional, People's Bank of China, menuduh pemegang saham utama dari empat bank secara ilegal telah menarik uang dari nasabah.
"Henan New Fortune Group, pemegang saham dari empat bank desa, telah secara ilegal menyerap dana publik melalui kolusi internal dan eksternal, penggunaan platform pihak ketiga, dan pialang dana," kata Komisi Regulasi Perbankan dan Asuransi China dimuat kantor berita Xinhua dikutip CNN International Juni lalu.
"Polisi telah membuka kasus untuk penyelidikan atas masalah ini," tambahnya badan itu.
Menurut perkiraan Sanlian Lifeweek, majalah milik negara, ada 400.000 nasabah perbankan di seluruh China tidak dapat mengakses tabungan mereka. Salah satu korban adalah Peter (bukan nama asli), pengusaha berusia 45 tahun.
Dirinya telah memasukkan tabungan hidupnya sekitar US$6 juta ke rekening di tiga bank kecil di provinsi Henan tengah China. Dari dua bulan lalu, dia belum bisa mengakses uangnya.
Ketika dia mencoba mengakses akunnya secara online, sebuah pernyataan akan muncul di beranda yang memberi tahu bahwa situs web itu sedang dalam pemeliharaan dan layanan tidak akan tersedia untuk sementara waktu. Namun, hingga kini, layanan tersebut belum dipulihkan.
"Saya hampir mengalami gangguan saraf. Saya tidak bisa tidur," kata pria yang berasal dari kota timur Wenzhou.
Sebenarnya di China, bank lokal hanya diizinkan untuk memperoleh simpanan dari basis pelanggan asal mereka tetapi pihak berwenang mengatakan bahwa "platform pihak ketiga" bisa digunakan untuk memperoleh dana dari deposan di luar wilayah tersebut. Dalam kasus Peter, misalnya, kampung halamannya lebih dari 700 mil jauhnya dari bank-bank di Henan.
Terbaru, akhir pekan kemarin, nasabah yang marah akhirnya mendatangi cabang bank sentral China Provinsi Henan. Ratusan warga menolak pembekuan dan berasumsi ada dugaan korupsi.
Mengutip AFP, Rabu (13/7/2022), kericuhan sempat terjadi. Sebuah video bahkan menunjukkan beberapa objek yang dilempar oleh para demonstran.
Seorang peserta unjuk rasa mengatakan bahwa demonstran dipukul dan dilukai oleh pria tak dikenal. Video lain yang diverifikasi oleh AFP menunjukkan seorang pria dengan mata bengkak mengatakan dia telah didogem oleh "gangster" dan diseret ke bus oleh polisi.
"Ini adalah demonstrasi terbesar yang pernah ada, ratusan orang berkumpul pada hari Minggu di luar cabang People's Bank of China di ibu kota Henan, Zhengzhou, menuntut uang mereka," tulis media itu mengutip beberapa saksi yang menolak disebutkan namanya.
"Para pengunjuk rasa memegang spanduk yang menuduh pejabat lokal dan polisi melakukan korupsi, menyerukan pemerintah pusat untuk memberikan hukuman berat kepada mereka yang bertanggung jawab," ujar rekaman video yang telah diverifikasi.
Hal ini membuat pemerintah bergerak. Regulator perbankan setempat akhirnya turun tangan menyelesaikan protes massa.
"Beberapa deposan sekarang dapat memperoleh kembali uang mereka," kata regulator setempat dalam pernyataannya.
"Pelanggan individu dengan setoran hingga 50.000 yuan (US $ 7.442) akan dilunasi mulai Jumat ... sementara pengaturan untuk membayar yang lain akan diumumkan secara terpisah."
"Dana yang terlibat dalam (kegiatan) ilegal atau kriminal untuk sementara tidak akan dikembalikan."
Meski sudah dijamin otoritas, curahan hati warga masih memenuhi platform Weibo. Beberapa bertanya mengapa hal tersebut bisa terjadi.
"Kenapa kamu memperlakukan orang biasa seperti ini?" salah satu pengguna bertanya dalam sebuah postingan.
Protes relatif jarang terjadi di China yang dikontrol ketat, di mana pihak berwenang menegakkan stabilitas sosial dengan segala cara. Ini juga membuat oposisi pemerintah dengan cepat dapat ditekan.
Namun warga yang putus asa terkadang berhasil mengorganisir pertemuan massal. Biasanya ketika target mereka adalah pemerintah daerah atau perusahaan individu
Para ahli pun khawatir bahwa masalah keuangan yang jauh lebih besar dapat mengancam. Apalagi ditambah dengan dampak dari kehancuran real estat, raksasa Evergrande, dan melonjaknya kredit macet terkait dengan pandemi Covid-19.
"Masalah tampaknya menjadi puncak gunung es dari risiko sistemik dan keuangan yang serius dengan bank-bank kecil dan menengah di China," sebut temuan konsultan risiko SinoInsider.
Analis Bank ANZ Bank mengatakan pada Selasa bahwa sementara nilai dana yang terlibat dalam krisis Henan rendah, dampak sosial dari insiden itu bisa menjadi signifikan jika tidak ditangani dengan tepat.
"Itu juga bisa memicu putaran pengetatan peraturan lainnya," kata analis dalam sebuah catatan.
[Gambas:Video CNBC]
Lockdown Covid China Kacaukan Pasar Mobil Terbesar Dunia
(sef/sef)