Ekspor-Impor China Kemungkinan Lesu. Bagaimana Indonesia?

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
13 July 2022 16:00
Infografis: Bukti RI Kebanjiran Impor Alat Kesehatan dari China
Foto: Infografis/Bukti RI Kebanjiran Impor Alat Kesehatan dari China/Arie Pratama

Jakarta,CNBCIndonesia- China tengah menghadapi gelombang kenaikan kasus Covid-19 dipicu oleh berbagai varian. Beberapa kota di China telah melakukan pembatasan sehingga terjadi penghentian bisnis demi mengendalikan infeksi.

Kondisi ini mengancam pertumbuhan negara Tirai Bambu hingga menahan laju ekspor-impor negara tersebut. Shanghai, salah satu pusat perekonomian China kini terancam akan "digembok" lagi akibat kenaikan kasus Covid-19.

Ekspor China tumbuh 16,9% pada Mei dibandingkan dengan tahun sebelumnya, naik 3,9% pada April 2022. Sedangkan nilai impornya tumbuh 4,1% pada Mei dibandingkan tahun sebelumnya.

Ekspor China tumbuh 16,9% pada Mei dibandingkan dengan tahun sebelumnya, naik 3,9% pada April 2022. Sedangkan nilai impornya tumbuh 4,1% pada Mei dibandingkan tahun sebelumnya.

Ekspor China rebound pada Mei karena aktivitas manufaktur di Shanghai secara bertahap kembali normal menjelang akhir dua bulan penguncian yang disebabkan oleh virus corona, tetapi setiap momentum ke depan akan memudar di tengah meningkatnya ketidakpastian.

Namun, pertumbuhan ekspor China kemungkinan melambat pada Juni karena melemahnya permintaan global. Sementara pembatasan Covid-19 membebani permintaan domestik dan impor.

Reuters memperkirakan bahwa ekonomi terbesar kedua dunia tersebut perlahan akan pulih. Tetapi, hambatan terhadap pertumbuhan dari perang Rusia-Ukraina, prospek ekonomi global yang penuh ketidakpastian, hingga gejolak wabah yang masih bertahan.

Maka ekspor pada Juni kemungkinan tumbuh 12% dari tahun sebelumnya, melambat dari ekspansi 16,9% dibandingkan Mei. Namun, selama kenaikan masih 2 digit permintaan global untuk barang-barang buatan China masih tetap kuat, meskipun resesi dan lockdown masih membayangi.

China yang menerapkan kebijakan zero Covid-19, artinya tidak bisa mentoleransi ketika ada penambahan kasus penyakit akibat virus corona ini. Ketika jumlah kasus mulai meningkat, maka pembatasan sosial kembali diketatkan, bahkan tidak segan melakukan lockdown.

Kondisi ini menyebabkan banyak institusi finansial memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi China di tahun ini. Produk domestik bruto (PDB) China di awal tahun ini diprediksi akan tumbuh hingga 5,5%, tetapi kini banyak yg memprediksi di bawah 4% saja.

Nomura Holding Inc. misalnya, memproyeksikan PDB China di tahun ini hanya akan tumbuh 3,9%. PDB kuartal II-2022 bahkan dibabat nyaris separuh menjadi 1,8% dari sebelumya 3,4%.

Dalam catatan yang dikutip Bloomberg April lalu, analis dari Nomura menyoroti beberapa data ekonomi memburuk di bulan April, jumlah kota yang mengalami ockdown bertambah, disrupsi logistik memburuk, dan tidak ada tanda-tanda pemerintah Beijing akan menghilangkan strategi zero Covid dalam waktu dekat membuat pertumbuhan ekonomi China menyusut.

Masalahnya, China merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar kedua di dunia, juga konsumen komoditas terbesar. Ketika perekonomiannya terpuruk maka dunia akan terkena dampaknya. Termasuk Indonesia.

Halaman 2>>

Perlambatan ekonomi Cina dan pemulihan ekonomi domestik akan membuat surplus neraca perdagangan menyusut.

Sebelum pandemi, kinerja ekspor sudah tertekan oleh perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina. Ekspor pada 2019 pun turun dari US$ 180 miliar pada 2018 menjadi US$ 167,53 miliar. Indonesia pun mengalami defisit perdagangan besar pada 2018 dan 2018 mencapai lebih dari US$ 12 miliar. 

Kinerja ekspor pun kian terpukul pada awal pandemi merebak. Namun demikian, kondisi Ini hanya berlangsung sementara.

Perdagangan barang antara Indonesia dan Tiongkok memecahkan rekor baru pada 2021. Nilai perdagangan barang antara Indonesia dan Tiongkok pada 2021 mencapai US$110 miliar, tumbuh 54,03% dari tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).

Perdagangan antara kedua negara ini tumbuh pesat, sebagiannya karena China yang mampu bangkit lebih awal dari pandemi Covid-19. Peningkatan harga komoditas juga turut mendorong perdagangan antara dua negara ini.

Tetapi, hambatan terhadap pertumbuhan dari perang Rusia-Ukraina, prospek ekonomi global yang penuh ketidakpastian, hingga gejolak wabah yang masih bertahan akan mengancam perdagangan Indonesia-China. 

Ketegangan antara Rusia dan Ukraina dan wabah Covid-19 masih menjadi penyebab terganggunya perdagangan Indonesia, khususnya ekspor dan impor.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular