Internasional
Eropa Makin Ngeri, Rusia Matikan Selamanya Gas Nord Stream 1?

Jakarta, CNBC Indonesia - Eropa makin terancam krisis gas. Sejak kemarin, Senin (11/7/2022), pipa terbesar yang membawa gas dari Rusia dimatikan sementara oleh Rusia.
Moskow berdalih melakukan pemeliharaan setidaknya 10 hari ke Nord Stream 1. Namun pemerintah Eropa, pasar dan sejumlah perusahaan khawatir shutdown akan dilakukan lebih dari waktu yang ditentukan karena perang ke Ukraina.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pun memberi warning ke Eropa. Ia mengatakan kelompok benua itu perlu mempersiapkan kemungkinan bahwa Rusia menyetop pasokan gas.
"Rusia tidak pernah bermain sesuai aturan dalam energi. Tidak akan bermain kecuali memperlihatkan kekuatannya," kata Zelenskyy di aplikasi perpesanan Telegram, menurut terjemahan NBC News, dikutip CNBC International, Selasa (12/7/2022).
"Sekarang tidak ada keraguan bahwa Rusia akan mencoba tidak hanya untuk membatasi sebanyak mungkin tetapi juga untuk sepenuhnya menghentikan pasokan gas ke Eropa," tambahnya.
"Inilah yang perlu kita persiapkan untuk saat ini."
Sebelumnya juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menolak klaim bahwa Rusia menggunakan minyak dan gas untuk memberikan tekanan politik. Ia mengatakan penutupan karena pemeliharaan adalah acara rutin yang dijadwalkan dan tidak ada upaya "membuat-buat kondisi perbaikan".
Namun pemimpin Eropa menilai Rusia sengaja "membalas dendam". Ini karena sanksi yang dijatuhkan seiring serangan Rusia ke Ukraina.
"Kami diberitahu, bersifat teknis. Kami.. dan lainnya percaya bahwa ini adalah kebohongan," ujar Perdana Menteri (PM) Italia, Mario Draghi, dikutip Reuters.
"Berdasarkan pola yang telah kita lihat, tidak akan terlalu mengejutkan sekarang jika beberapa detail teknis kecil ditemukan dan kemudian mereka bisa mengatakan 'sekarang kita tidak bisa menyalakannya lagi'," kata Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck.
Analis gas di konsultan Rystad Energy, Zongqiang Luo, mengatakan "bukan tidak mungkin" Gazprom, dapat menggunakan penundaan apa pun sebagai pembenaran untuk memperpanjang periode pemeliharaan. Gazprom adalah BUMN Rusia pemilik terbesar Nord Stream 1.
"Sementara penghentian total gas dianggap tidak mungkin, Gazprom belum merutekan ulang aliran melalui pipa lain, yang berarti kemungkinan penurunan laju aliran yang berkepanjangan," tambah analis di Goldman Sachs.
Pipa Nord Stream 1 mengangkut 55 miliar meter kubik (bcm) gas per tahun dari Rusia ke Jerman di bawah Laut Baltik. Gas dari pipa ini sempat mengalami pemotongan daya pada bulan lalu di mana Rusia memangkas gas hingga 40% dari total kapasitas pipa itu.
Moskow beralasan tertundanya pengembalian peralatan yang diperbaiki oleh Siemens Energy di Kanada karena sanksi. Akibat dari hal ini, beberapa negara yang tergabung dalam Uni Eropa (UE) mulai merancang rencana untuk mengatasi krisis, termasuk mencari sumber alternatif dari Norwegia, Azerbaijan, dan Amerika Serikat (AS).
Penyetopan gas Nord Stream 1 yang dilakukan Rusia kini mempengaruhi upaya Eropa untuk mengisi tangki gasnya di tengah membludaknya permintaan energi di musim dingin. Rencana itu terancam tak terealisasi.
Sementara itu, lembaga think tank terkemuka, Centre for Economics and Business Research (CEBR/Pusat Penelitian Ekonomi dan Bisnis) memberikan peringatan resesi ke Eropa jika gas Eropa disetop Rusia. CEBR memperkirakan risiko resesi pada musim dingin ini sebesar 40%.
[Gambas:Video CNBC]
Pembalasan Rusia Nyata? Nord Stream Setop Gas Eropa Hari Ini
(sef/sef)