
Warga +62 Mulai Rajin Nabung, Siap-siap Hadapi Resesi Ya?

Jakarta, CNBC Indonesia - Lonjakan kasus Covid-19 tidak menyurutkan optimisme masyarakat Indonesia memandang perekonomian ke depan. Optimisme tersebut tercermin dalam Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Juni. IKK hanya melemah tipis dibandingkan catatan pada Mei yang merupakan level tertinggi sepanjang sejarah.
Survei yang dilakukan Bank Indonesia (BI) menunjukkan IKK di pada Juni ada di angka 128,2. Indeks tersebut memang turun tipis dibandingkan yang tercatat pada Mei yakni 128,9. Namun, indeks masih jauh lebih tinggi dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.
Indeks sebesar 128,2 yang tercatat pada Juni 2022 menyamai pencapaian pada Mei 2019. Sebagai catatan, IKK mencapai rekor tertingginya pada Mei lalu, salah satunya karena keputusan pemerintah tidak menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM).
Masih tingginya IKK pada Juni 2022 menjadi kabar positif. Pasalnya, IKK masih tetap tinggi meskipun Indonesia tengah menghadapi lonjakan kasus Covid-19.
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan kasus Covid-19 pada Juni mencapai 33.487, naik 309,5% dibandingkan bulan sebelumnya (8.177). Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan yang terjadi pada saat Indonesia dilanda gelombang Delta tahun lalu. Saat puncak gelombang Delta pada Juli-Agustus 2021, IKK langsung ambruk dari 107,4 pada Juni menjadi 80,2 pada Juli dan 77,3 pada Agustus.
Tidak adanya pengetatan mobilitas menjadi salah satu faktor mengapa kenaikan kasus Covid-19 tidak langsung menyurutkan optimisme masyarakat Indonesia ke depan.
"IKK didorong oleh optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, baik terhadap aspek penghasilan, ketersediaan lapangan kerja maupun ketepatan waktu dalam membeli barang tahan lama," tulis Bank Indonesia.
Kelompok konsumen dengan keyakinan tinggi adalah responden dengan pengeluaran Rp 1-3 juta, sementara responden dengan pengeluaran Rp 3,1-4 juta dan lebih besar dari Rp 5 melemah.
Masyarakat Indonesia juga melihat kondisi ekonomi saat ini masih sangat baik. Indeks ekonomi saat Ini (IKE) pada Juni 2022 memang melemah 114,5 dibandingkan yang tercatat pada Mei 116,4. Namun, indeks masih dalam catatan tertinggi sejak Juni 2019 dan hanya kalah dari posisi Mei 2022.
Indeks ketersediaan lapangan kerja meningkat tetapi indeks penghasilan dan indeks pembelian barang tahan lama menurun.
Pada Juni 2022, persepsi konsumen terhadap penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu juga menurun, terutama mereka dengan pengeluaran Rp 3,1-4 juta.Sejalan dengan penurunan persepsi terhadap penghasilan, keyakinan konsumen dalam melakukan pembelian barang tahan lama juga menurun.
Sebaliknya, masyarakat Indonesia semakin optimis dengan kondisi ketersediaan lapangan pekerjaan. Kenaikan indeks terjadi pada seluruh kategori pendidikan, terutama pada responden dengan pendidikan pasca sarjana.
Jika IKK melandai, ekspektasi konsumen terhadap perkiraan kondisi ekonomi enam bulan ke depan justru meningkat menjadi 141,8, tertinggi sejak Mei 2019 atau sebelum pandemi Covid-19 melanda dunia.
Tingginya ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan ditopang ekspektasi konsumen terhadap penghasilan ke depan dan ketersediaan lapangan pekerjaan. Ekspektasi konsumen terhadap ketersediaan lapangan kerja pada enam bulan meningkat menjadi 143,2. Indeks setinggi tersebut belum pernah tercatat sejak Januari 2019.
Responden memperkirakan penghasilan pada enam bulan yang akan datang mengalami peningkatan. Indeks tersebut meningkat menjadi 140,7 pada Juni, tertinggi sejak Februari 2020 (143,9) atau tepat sebelum pandemi datang.
Kenaikan indeks terjadi pada mayoritas kelompok penghasilan, terutama pada responden dengan tingkat pengeluaran Rp 1-2 juta per bulan. Namun, ekspektasi konsumen terhadap kondisi usaha ke depan diprakirakan melemah 141,5 pada Juni 2022 dibandingkan 142,9 pada Mei 2022.
Sejalan dengan melandainya IKK dan usainya perayaan Hari Raya Idul Fitri, rata-rata proporsi pendapatan konsumen untuk konsumsi juga melemah tipis menjadi 74,2% pada Juni dari semula 74,3% pada Mei 2022.
Sementara itu,rata-rata proporsi pembayaran cicilan/utang (debt to income ratio) tercatat 9,6%, turun tipis dibandingkan pada Mei yang tercatat 9,7%.
Diremnya konsumsi berdampak pada meningkatnya tabungan masyarakat. Proporsi pendapatan konsumen yang disimpan (saving to income ratio) meningkat menjadi 16,2% pada Juni 2022, dari 16,0% pada bulan sebelumnya.
Seluruh kelompok penghasilan mengerem belanjanya, kecuali pada responden dengan tingkat pengeluaran Rp 3,1-4 juta dan yang lebih besar dari Rp 5 juta per bulan.
Sementara itu, porsi tabungan terhadap pendapatan naik pada seluruh kategori pengeluaran, terutama pada responden dengan tingkat pengeluaran Rp 4,1-Rp5 juta per bulan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awas, Keyakinan Konsumen RI Agak Memudar!