Suram! Optimisme Belanja Warga RI Terendah dalam 5 Bulan

Maesaroh, CNBC Indonesia
10 October 2022 12:55
Penjualan pakaian bekas Import di Mal Slipi Jaya
Foto: Pengunjung memilih pakaian bekas Import di Mal Slipi Jaya, Jakarta, Selasa (16/8/2022). Pakaian bekas impor menjamur di pasaran hingga masuk ke pusat-pusat perbelanjaan atau Mal di Jakarta dan sekitarnya. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Optimisme konsumen Indonesia langsung memudar setelah kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Subsidi awal September lalu. Survei Bank Indonesia (BI) menunjukkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) September ada di angka 117,2 atau terendah dalam lima bulan terakhir.

Indeks Keyakinan Konsumen pada September jauh lebih rendah dibandingkan pada Agustus 2022 yang tercatat 124,7. Semua kelompok pengeluaran dan usia menunjukkan penurunan optimisme, terutama pada responden dengan usia 41-50 tahun.

Penurunan optimisme dalam jumlah signifikan terjadi pada kelompok pengeluaran Rp 4,1-5 juta (turun 9,8 poin) dan Rp 5 juta ke atas (turun 9,1 poin, serta Rp 2,1-3 juta (turun 9,6 poin).

Anjloknya optimisme secara signifikan di semua kelompok pengeluaran ini terbilang tidak biasa. Pada survei-survei sebelumnya, penurunan optimism hanya terjadi pada beberapa kelompok tertentu saja. Penurunan juga biasanya ada di angka 6 poin ke bawah.


Pada Agustus, penurunan optimisme hanya terjadi pada kelompok pengeluaran terbawah dan kelompok paling atas.


Di lihat dari kotanya, penurunan optimisme terdalam ada di kota Medan, Padang, dan Makassar. Melandainya indeks juga terimbas dari semakin anjloknya Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK).

Indeks Ekonomi Saat Ini tercatat 108,3 pada September, terendah dalam lima bulan. Indeks menurun karena masyarakat melihat penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja saat ini kurang menggembirakan.


Indeks penghasilan saat ini menyentuh 114,5 pada September, atau terendah dalam lima bulan terakhir.

Indeks penghasilan anjlok ke bawah 100 sepanjang April 2020- September 2021 akibat pandemi Covid-19. Indeks merangkak naik sejak Oktober 2021 dan kemudian melambung menjelang Lebaran atau Mei 2022 ke level tertinggi dalam sejarah di posisi 125,3.

Masyarakat juga melihat ketersediaan lapangan kerja dan kegiatan usaha saat ini kurang menggembirakan. Kondisi ini tercermin dari anjloknya kedua indeks ke level terendah dalam lima bulan terakhir.

Indeks ketersediaan lapangan kerja sempat meroket pada Mei tetapi kemudian amblas ke 102,5 pada September.

Melemahnya penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja membuat masyarakat enggan membeli barang tahan lama. Indeks pembelian barang tahan lama melemah ke posisi 102,5 pada September 2022, terendah lima bulan terakhir.

Masyarakat juga melihat ketersediaan lapangan kerja semakin suram. Indeks ekspektasi ketersediaan lapangan kerja melandai ke level terendah dalam lima bulan terakhir ke 128,2 pada September 2022.

Optimisme masyarakat dalam melihat kelangsungan kegiatan usaha ke depan juga semakin ambles. Indeks ekspektasi kegiatan usaha anjlok ke 118,8. Level tersebut adalah yang terendah dalam setahun terakhir.

Untuk penghasilan enam bulan ke depan, semua kelompok penghasilan juga menunjukkan penurunan optimisme. Penurunan tertajam ada pada responden dengan tingkat pengeluaran Rp 2,1-3 juta serta Rp 4,1-5 juta.

Survei BI juga menunjukkan rata-rata proporsi pendapatan konsumen untuk konsumsi terpantau sedikit meningkat menjadi 74,8% pada September dari semula 73,6% pada Agustus.

Sementara itu, rata-rata proporsi pembayaran cicilan/utang menurun menjadi 9,4% pada September dibandingkan 9,6% pada Agustus. Proporsi pendapatan konsumen yang disimpan menurun drastis menjadi 15,8% pada September, lebih rendah dari 16,8% pada Agustus 2022.

Berbeda dengan BI, Mandiri Spending Index menunjukkan laju inflasi sudah membuat masyarakat menahan belanja mereka. Tingkat belanja di tiga minggu pasca kenaikan harga BBM sedikit lebih rendah dibanding sebelum kenaikan.


Sebagai catatan, pemerintah menaikkan harga BBM Subsidi rata-rata 30% pada 3 September.

"Salah satu pendorong perlambatan pertumbuhan belanja masyarakat karena beban dampak kenaikan BBM," tulis Bank Mandiri dalam laporannya Consumer Updates: Cautious Consumers, Slowing down Spending.

Data Mandiri Spending Index juga menunjukkan tingkat belanja per orang untuk kelompok higher income kembali di bawah level pra-pandemi. Semua belanja utama masyarakat cenderung tertahan, terutama supermarkets, restaurants, dan fashion.

" Sikap hati-hati masyarakat merata pada semua kelompok belanja yang masih terus tertahan," tulis Bank Mandiri.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular