Internasional

Inflasi AS Masih Ngeri, The Fed Sinyal Naik Suku Bunga Lagi

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Kamis, 07/07/2022 07:30 WIB
Foto: Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, Jerome Powell (REUTERS/Leah Millis)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed kembali memberikan sinyal kenaikan suku bunga di bulan ini. Hal ini dilakukan lantaran kenaikan suku bunga sebelumnya belum mampu menangani inflasi.

Mengutip CNBC International, anggota The Fed mengatakan bahwa kemungkinan akan ada kenaikan suku bunga sebanyak 50 hingga 75 basis poin. Ini mengikuti kenaikan sebelumnya sebesar 75 basis poin pada bulan Juni.

"Dalam membahas tindakan kebijakan potensial pada pertemuan mendatang, para peserta terus mengantisipasi bahwa kenaikan berkelanjutan dalam kisaran target untuk tingkat dana federal akan sesuai untuk mencapai tujuan Komite," kata sebuah risalah pertemuan The Fed yang dikutip Kamis, (7/7/2022).


"Secara khusus, peserta menilai bahwa peningkatan 50 atau 75 basis poin kemungkinan akan sesuai pada pertemuan berikutnya."

Para bankir The Fed mengatakan kenaikan suku bunga pinjaman acuan sebesar tiga perempat poin persentase pada bulan Juni diperlukan untuk mengendalikan kenaikan biaya hidup yang berjalan pada level tertinggi sejak 1981. Mereka menyebut tetap akan melakukannya sampai inflasi mendekati tujuan jangka panjang 2%.

"Para peserta rapat sepakat bahwa prospek ekonomi memerlukan kebijakan yang membatasi, dan mereka mengakui kemungkinan bahwa sikap yang lebih ketat dapat dilakukan jika tekanan inflasi yang tinggi terus berlanjut," kata dokumen itu.

Meski begitu, para bankir menyebut telah mengetahui konsekuensi dari kenaikan suku bunga ini. Mereka mengatakan hal ini mungkin saja memperlambat laju ekonomi.

"Para peserta menyadari bahwa pengetatan kebijakan dapat memperlambat laju pertumbuhan ekonomi untuk sementara waktu, tetapi mereka melihat kembalinya inflasi ke 2 persen sebagai hal yang penting untuk mencapai lapangan kerja maksimum secara berkelanjutan," demikian ringkasan pertemuan tersebut.

Inflasi menjadi lebih buruk di AS setelah Rusia menyerang Ukraina pada akhir Februari. Harga bensin AS mencapai US$5,00 per galon (sekitar 3,7 liter) untuk pertama kalinya.


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Kekayaan Rumah Tangga AS 'Kempes' Pada Q1-2025