Internasional

Wow! Pertama sejak 1991, Jerman Cetak Defisit Perdagangan

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
04 July 2022 19:21
Bendera Jerman di Gedung Reichstag, Berlin, Jerman pada 2 Oktober 2013 (REUTERS/Fabrizio Bensch)
Foto: Bendera Jerman di Gedung Reichstag, Berlin, Jerman pada 2 Oktober 2013 (REUTERS/Fabrizio Bensch)

Jakarta, CNBC Indonesia - Jerman mencatatkan defisit perdagangan bulanan untuk pertama kalinya dalam lebih dari 30 tahun terakhir pada Mei lalu, karena harga impor minyak dan gasnya melonjak akibat perang Rusia-Ukraina.

Negara terbesar di Eropa, yang model ekonominya dibangun di atas surplus perdagangan yang substansial sejak Perang Dunia Kedua, mengalami defisit sebesar € 1,0 miliar (US$ 1,04 miliar), atau sekitar Rp 15,5 triliun (asumsi kurs Rp 14.900/US$) pada Mei 2022, berdasarkan data dari Federal Statistical Office (Destatis).

Hal ini menjadikan Jerman mengalami defisit neraca perdagangan untuk pertama kalinya sejak tahun 1991. Defisitnya neraca perdagangan Jerman disebabkan karena impornya yang melonjak 27,8% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Mei lalu. Sementara itu, ekspor Jerman juga melesat 11,7% (yoy) Mei lalu.

Secara bulanan (month-on-month/mom), ekspor Jerman justru turun 0,5%, sedangkan impor Jerman juga turun menjadi 2,7% pada Mei lalu.

"Tidak mengherankan jika ekspor menurun di lingkungan saat ini. Anda harus fokus pada impor dan di sana terutama pada perkembangan harga," kata Oliver Rakau, seorang ekonom di Universitas Oxford Frankfurt, dikutip dari Bloomberg.

Neraca Perdagangan JermanSumber: German Statistics Office & Bloomberg
Neraca Perdagangan Jerman

Data tersebut merupakan penanda dari masalah yang dihadapi Jerman, yang sangat bergantung pada energi Rusia. Defisit diperkirakan akan melebar pada Juni lalu, mencerminkan 60% pemotongan pasokan gas Rusia yang memaksa importir untuk menutupi kewajiban mereka dengan membeli di pasar spot dengan harga yang jauh lebih tinggi.

Banyak analis Jerman khawatir bahwa pasokan energi Rusia akan berhenti total pada paruh kedua tahun ini.

Kabar tersebut datang pada awal hari ketika Kanselir Jerman, Olaf Scholz akan mengadakan pembicaraan dengan serikat pekerja dan perwakilan pengusaha di Berlin tentang keadaan ekonomi.

"Seluruh industri berada dalam bahaya keruntuhan selamanya karena kendala pasokan gas," kata Yasmin Fahimi, kepala Federasi Serikat Buruh Jerman, mengatakan kepada surat kabar Bild am Sonntag.

"Keruntuhan seperti itu akan memiliki konsekuensi besar bagi seluruh ekonomi dan pekerjaan di Jerman," tambah Fahimi.

Perang Rusia-Ukraina dan kebijakan karantina wilayah (lockdown) ketat di China untuk mengekang Covid-19 mendatangkan malapetaka pada rantai pasokan internasional, dengan dampak besar bagi ekonomi berorientasi ekspor Jerman.

Harga untuk impor seperti energi, makanan, dan suku cadang yang digunakan oleh produsen naik lebih dari 30% pada Mei lalu, sementara biaya untuk ekspor naik hanya sekitar setengah dari tingkat itu.

"Jika data terlihat kurang luar biasa ketika disesuaikan dengan inflasi, perdagangan luar negeri masih akan memberikan kontribusi negatif terhadap pertumbuhan Jerman, yang juga dihitung secara riil," ujar Rakau.

"Dengan meningkatnya biaya hidup dan ketidakpastian yang tinggi, prospek perdagangan di Jerman agak suram," tambah Rakau.


(chd/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Top! Neraca Dagang RI Surplus 21 Bulan Beruntun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular