Ekonomi Sri Lanka Kuartal-I Ambles 1,6%
Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi Sri Lanka menyusut 1,6% pada kuartal I tahun 2022. Hal ini terjadi karena krisis keuangan yang belum pernah terjadi sebelumnya mulai berdampak pada aktivitas komersial.
Kondisi ini kemudian memicu pemadaman selama berbulan-bulan, inflasi yang tidak terkendali, dan kekurangan parah barang-barang konsumsi vital.
Kekurangan mata uang asing untuk impor bahan bakar, pupuk, dan kebutuhan lainnya berdampak buruk pada perekonomian. Padahal, pandemi Covid-19 sedang mengalami penurunan.
Departemen statistik setempat juga menyatakan kontraksi Januari-Maret makin diperburuk karena dampak inflasi dan mata uang Sri Lanka yang jatuh, dikutip dari AFP, Rabu (29/6/2022).
Sri Lanka juga diketahui melakukan larangan impor pestisida dan pupuk tahun lalu. Departemen statistik mencatat meski sudah dicabut, larangan tersebut tetap berdampak buruk pada petani dengan panen padi menurun 33% pada Q1.
Selain itu kekurangan bahan bakar juga berdampak pada transportasi dan industri.
Sebelumnya negara itu diketahui mengalami gagal bayar utang luar negerinya senilai US$51 miliar. Saat ini juga sedang dalam pembicaraan bailout dengan Dana Moneter Internasional.
Inflasi negara itu mencapai 45,3% bulan lalu sedangkan Rupee telah terdepresiasi lebih dari 50% dari dolar tahun ini.
Pemerintah setempat juga sedang mencari minyak dengan harga diskon dari Rusia dan Qatar. Diharapkan dapat mengatasi kekurangan kritis untuk memenuhi kebutuhan energi negara.
Sri Lanka juga memberlakukan larangan menjual bensin. Kebijakan itu berlaku selama dua minggu, kecuali dalam keadaan darurat.
(dce)