
Jerman Teriak Lagi: "Kami Berada di Perang Hibrida"

Jakarta, CNBC Indonesia - PejabatĀ Jerman mengatakan negara itu kini berada dalam "perang hibrida". Ini terkait implikasi mendalam dari pertempuran Rusia-Ukraina dengan lanskap energi Eropa dan Jerman pada khususnya.
"Di Jerman, kami sekarang dihadapkan di dengan pertanyaan bahwa jika tidak ada gas yang masuk melalui Nord Stream 1... kami harus memutuskan institusi mana yang mungkin terputus," kata Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock, CNBC International, dikutip Rabu (29/6/2022).
"Kami berada dalam masa perang. Di Ukraina orang-orang sekarat, tetapi kami berada dalam perang hibrida di mana perang juga dilakukan di sektor energi," tegasnya.
Perang hibdirda sendiri sejatinya merupakan ungkapan yang diutarakan Frank Hoffman, seorang Anggota Dewan Penasihat di Institut Penelitian Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat (AS).
Konsep hybrid warfare memadukan perang politik, perang konvensional, perang tidak teratur serta perang dunia maya (cyber warfare) baik berupa serangan nuklir, senjata biologi dan kimia, serta perang informasi.
Jerman sendiri sangat bergantung pada pasokan gas Rusia melalui pipa Nord Stream 1. Sebelum perang, ada rencana untuk menggandakan pasokan ini dengan pipa kedua, Nord Stream 2, meskipun batal sejalan dengan serangan yang diluncurkan Kremlin ke Kyiv.
Jerman pun mendukung Barat mengecam Rusia meski sangat bergantung pada gas Moskow. Pertengahan bulan ini, Rusia pun memangkas pasokan gas ke negeri itu hingga 60%.
Akibatnya Jerman menaikkan status energinya, dari darurat ke level "waspada". Rendahnya pasokan energi dari Rusia diyakini dapat menyebabnya kelumpuhan industri dan lonjakan angka kemiskinan menjelang musim dingin di negara itu.
"Perusahaan harus menghentikan produksi, memberhentikan pekerja mereka, rantai pasokan akan runtuh," kata Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck.
"Orang akan berhutang untuk membayar tagihan pemanas mereka, bahwa orang akan menjadi lebih miskin," tambahnya.
"Ini adalah tempat berkembang biak terbaik bagi populisme, yang dimaksudkan untuk melemahkan demokrasi liberal kita dari dalam," tegasnya lagi menunjuk rencana Rusia yang tak bisa dibiarkan berhasil.
Sebelumnya badan industri Jerman (BDI) memangkas pertumbuhan 2022. Menjadi 1,5% dari sebelumnya 3,5%.
"Penghentian pengiriman gas Rusia akan membuat resesi tak terhindarkan," tegas lembaga itu, dikutip dari Reuters.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Stop Pasokan Gas Rusia, Jerman Bisa Dihantam Resesi