
Ramai BUMN Migas China Cabut di Proyek Luar Negeri, Ada Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) migas China hengkang dari beberapa proyek di luar negeri. Setelah CNOOC Ltd, kali ini PetroChina.
PetroChina, yang dimiliki China National Petroleum Corporation, kemungkinan akan menjual proyek gas alam di Australia dan pasir minyak (oil sand) di Kanada. Ini untuk membendung kerugian perusahaan.
Hal itu dikatakan dua sumber, yang mengetahui masalah tersebut. Perusahaan China ini juga akan mengalihkan dana ke situs yang lebih menguntungkan di Timur Tengah, Afrika dan Asia Tengah.
"Penjualan tersebut mengikuti tinjauan internal portofolio global PetroChina yang dimulai tahun lalu," kata kedua sumber tersebut, yang menolak disebutkan namanya, ditulis Reuters, dikutip Rabu (29/6/2022).
PetroChina disebut menyadari aset ekonomi dari proyek yang dilakukan kini mengecewakan. Perusahaan akan menjual beberapa aset yang telah menimbulkan kerugian miliaran dolar dan berada di area yang tidak dapat dengan mudah bersaing, dalam dua tahun ke depan.
![]() Petrochina (SOPA Images/LightRocket via Gett) |
"Aset gas Australia, baik Arrow Energy dan Browse, dianggap di antara 'aset negatif' teratas dalam portofolio global PetroChina. Ini juga merupakan area di mana CNPC memiliki sedikit keunggulan kompetitif," kata salah satu sumber.
PetroChina sendiri membeli Arrow Energy pada 2010 senilai US$2,5 miliar, melalui joint-venture dengan Shell. Kemudian membeli Browse, pada tahun 2013 seharga US$ 1,63 miliar.
Arrow adalah investasi luar negeri yang merugi terbesar PetroChina. Antara 2018-2021, Arrow melaporkan kerugian sekitar US$ 2,2 miliar.
Browse sendiri "menantang" secara teknologi. Bahkan disebut tidak mungkin mulai berproduksi hingga 2030 meski sudah ada persetujuan akhir otoritas.
"Perusahaan juga ingin membongkar proyek MacKay River Oilsands dan Dover Oilsands yang dimiliki sepenuhnya di Kanada karena kerugian dalam memproduksi dan memproses bahan bakar seperti tar menjadi bitumen," tambah sumber tersebut lagi.
PetroChina membayar US$1,48 miliar pada tahun 2009 untuk 60% saham untuk kedua proyek dari Athabasca Oil Corp dan kemudian membeli sisa saham di selama tahun 2012 dan 2013. Namun, PetroChina disebut tidak senang dengan biaya produksi yang relatif tinggi dan kecaman penduduk setempat atas dampak lingkungan yang terjadi.
Sebenarnya di 2010-an, perusahaan China termasuk yang paling ekspansif. Tetapi hal itu melemah kala harga minyak jatuh di 2014/2015 dan pemerintah mulai mengaudit keuangan perusahaan.
Sebelumnya, CNOOC Ltd, juga dikabarkan bersiap untuk keluar dari operasinya di Inggris, Kanada dan Amerika Serikat (AS). Kekhawatiran aset tersebut dapat dikenakan sanksi Barat menjadi pemicunya.
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perusahaan China Kepincut Masuk Proyek Gas Kebanggaan Jokowi
