Internasional
Mohon Maaf, Pakistan... Badai Belum Berlalu

Jakarta, CNBC Indonesia - Impor bahan bakar minyak Pakistan diperkirakan akan mencapai posisi tertinggi dalam empat tahun pada Juni 2022. Ini bisa makin memperburuk keadaan ekonomi Pakistan, yang mana nyaris bangkrut.
Harga gas alam cair (LNG) yang mahal membuat Pakistan beralih ke minyak untuk operasional pembangkit listrik di tengah gelombang panas yang mendorong permintaan untuk pendingin.
Sebenarnya Pakistan sudah memotong impor bahan bakar minyak sejak semester kedua pada 2018 karena harga LNG saat itu murah. Namun kemudian mulai kembali mengkonsumsi minyak karena harga LNG melambung sejak Juli 2021.
Impor bahan bakar minyak Pakistan diperkirakan bisa naik menjadi sekitar 700.000 ton bulan ini, setelah mencapai 630.000 ton pada Mei, menurut perkiraan Refinitiv. Puncak impor di 680.000 ton pada Mei 2018 dan 741.000 ton pada Juni 2017.
![]() |
Juru Bicara Kementerian Energi Pakistan mengatakan harga global sebagai alasan lonjakan impor bahan bakar minyak. Impor ini akan berlanjut pada Juli karena Minyak Negara Pakistan (PSO menerima tawaran dari Coral Energy untuk memasok dua bahan bakar minyak dengan sulfur tinggi (HSFO) dan satu kargo minyak bahan bakar sulfur rendah (LSFO). Pesanan tersebut akan dikirim saat paruh kedua Juli. PSO sendiri ingin memenuhi 5 kargo dengan melakukan lelang.
"Data impor menunjukkan bahwa perusahaan pembangkit listrik termal di Pakistan melakukan peralihan awal dari gas ke bahan bakar minyak akhir tahun lalu dan dinamika harga memberikan insentif berkelanjutan untuk memaksimalkan pembelian bahan bakar minyak melalui LNG," kata Timothy France, analis minyak senior MENA kepada Refinitiv (27/6/2022).
"Kondisi cuaca di Pakistan tampaknya sangat mendukung permintaan. Permintaan pendinginan biasanya tetap tinggi hingga pertengahan September, yang menyiratkan bahwa impor dapat tetap tinggi pada Juni, Juli dan Agustus," tambah Prancis.
Impor yang tinggi akan makin memberatkan ekonomi India, terutama soal utang untuk pengadaan impor. Di saat bersamaan, Pakistan juga diterjang masalah inflasi yang kian panas tiap bulannya.