
Ngenes! Dulu Raja, Kini Minyak Negara Ini di Titik Kritis

Jakarta, CNBC Indonesia - Krisis kini menghantui Ekuador. Produksi minyak di negara Amerika Selatan itu tengah mencapai titik "kritis" dan dapat berhenti seluruhnya dalam waktu 48 jam ke depan
Ini akibat protes kelompok pribumi yang terjadi sejak dua minggu. Sebanyak 14.000 pengunjuk rasa berdemo di seluruh negeri, termasuk Quito, ibu kota Ekuador.
Pribumi menuntut kebijakan sosial dan ekonomi pemerintah Ekuador. Mereka mendesak pembekuan harga bensin, penghentian proyek pertambangan, minyak dan lebih banyak waktu bagi petani kecil untuk membayar pinjaman bank mereka.
Bukan hanya itu, mereka juga diketahui memasang penghalang jalan di 19 dari 24 provinsi. Ini pula yang membuat terhalanginya produksi minyak untuk terus belanjut.
"Produksi minyak berada pada tingkat kritis," kata Kementerian Energi Ekuador itu dalam sebuah pernyataan, melansir AFP, Senin (27/6/2022).
"Jika situasi ini berlanjut, produksi minyak negara itu akan dihentikan dalam waktu kurang dari 48 jam karena vandalisme, penyitaan sumur minyak dan penutupan jalan telah mencegah pengangkutan peralatan dan solar yang diperlukan untuk menjaga operasi tetap berjalan."
"Hari ini angka menunjukkan penurunan lebih dari 50% dalam produksi yang, sebelum protes, sekitar 520.000 barel per hari," tambahnya.
Bukan hanya minyak yang terganggu, Menteri Produksi Julio Jose Prado mengatakan kerugian ekonomi publik-swasta akibat protes juga sudah mencapai US$500 juta.
"Setiap hari tambahan waktu henti menunjukkan kerugian US$40 hingga US$50 juta," katanya.
Kerugian keseluruhan sejak protes dimulai, termasuk 8,5 juta liter susu, mencapai senilai US$13 juta. Belum lagi US$90 juta barang-barang pertanian dan peternakan.
Industri pariwisata melihat pembatalan meningkat hingga 80%. Kerugian diyakini setidaknya US$50 juta.
"Selain itu, di sektor pertanian bunga, penutupan 12 hari mengakibatkan kerugian US$30 juta dan kerusakan pada truk dan pertanian," kata Prado.
Sementara itu, kekerasan antara polisi dan demonstran juga dilaporkan telah menewaskan lima orang. Menurut berbagai sumber, sekitar 500 orang terluka.
Perlu diketahui, Ekuador sebenarnya pernah menjadi negara kaya minyak. Bahkan menjadi negara OPEC di 2007 dengan kapasitas produksi minyak mentah mencapai 167.400 barel/hari.
Namun sebagai negara yang struktur ekonominya bertumpu pada komoditas, ekonomi Ekuador mulai anjlok ketika harga minyak jatuh di tahun 2014 silam. Dengan anjloknya harga minyak, penerimaan negara menjadi berkurang dan menyebabkan defisit fiskal yang parah.
Guna menutupi defisit fiskal tersebut, pemerintah Ekuador mulai berutang. Utang domestik jangka pendek, penarikan cadangan bank sentral hingga penempatan utang luar negeri dengan biaya yang sangat tinggi dilakukannya.
Sejak 2014-2017 utang Ekuador naik signifikan hingga melebihi batas aman 40% dari total PDB. Hingga kini ketidakstabilan terus terjadi di negara ini.
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Brutal! 12 Narapidana Tewas Usai Bentrok di Dalam Penjara