Tolong Pak Jokowi! Kasus Covid Meledak, DKI Mengkhawatirkan

Maesaroh, CNBC Indonesia
27 June 2022 11:10
Suasana Sarinah di hari pertama kebijakan pemerintah melonggarkan penggunaan masker di ruang terbuka, Rabu (18/5/2022). (CNBC Indonesia/Intan Rakhmayanti Dewi)
Foto: Suasana Sarinah di hari pertama kebijakan pemerintah melonggarkan penggunaan masker di ruang terbuka, Rabu (18/5/2022). (CNBC Indonesia/Intan Rakhmayanti Dewi)

Dicky Budiman, epidemiolog dan peneliti Indonesia dari Universitas Griffith, Australia, meskipun kasus Covid-19 di Indonesia melonjak tajam, akan sulit bagi pemerintah menarik rem darurat.

Pasalnya, kebijakan tersebut akan memakan ongkos ekonomi dan sosial yang sangat besar. Indonesia juga sudah memiliki modal imunitas.

"Yang namanya rem darurat tidak menjadi pilihan yang populer atau ideal dalam konteks saat ini. Pasalnya, kita sudah ada imunitas. Kita juga sudah mengalami tiga tahun pandemi dengan beban besar di luar sektor kesehatan. Rem darurat bisa menjadi kontradiktif," tutur Dicky, kepada CNBC Indonesia.

Dia mengingatkan kemampuan pemerintah juga sudah terbatas dalam menerapkan pengetatan yang sangat frontal. Masyarakat Indonesia pun akan kesulitan karena kebijakan selama ini sudah longgar.

Sebagai catatan, terakhir kali kebijakan rem darurat diberlakukan adalah pada 3 Juli 2021 saat terjadi gelombang II akibat varian Delta.
Mulai 22 Juli 2022, Indonesia kemudian menggunakan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) secara bertingkat sesuai perkembangan kasus. Level PPKM tertinggi atau PPKM Level 4 terakhir kali diberlakukan di Jakarta pada akhir Agustus 2021.

 "Kita bukan negara yang menganut kebijakan zero case sehingga rem darurat tidak jadi pilihan. Zero case itu tidak visible. Namun, bukan berarti kemudian tidak perlu pembatasan. Pembatasan bukan berarti aktivitasnya ditiadakan tapi diperketat," imbuhnya.


China merupakan satu-satunya negara di dunia yang masih menganut zero case policy. Dicky mencontohkan pengetatan kebijakan misalnya keharusan menyerahkan hasil tes Covid-19 untuk kegiatan tertentu serta memakai masker.

"Karakter virus ini menuju epidemi jadi akan bersiklus. Mungkin nanti 1-2 setahun tapi kalau sekarang mungkin setahun tiga kali," ujarnya.


Dia mengingatkan program vaksinasi harus terus dijalankan terutama untuk kelompok yang rentan. Terlebih, pencapaian vaksinasi booster di Indonesia masih rendah. Hingga kemarin, vaksinasi booster baru diberikan kepada 50 juta orang atau 24% dari target.

(mae/cha)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular