
Eropa Mestinya Tak Perlu Takut Krisis Energi! Kan Ada RI...

Jakarta, CNBC Indonesia - Embargo gas Rusia mengharuskan Eropa mencari pemasok baru untuk membangkitkan energinya. Jika tidak segera, krisis energi akan menimpa benua biru.
Peran gas alam bagi Eropa cukup vital. Sebanyak 20% energi listrik dihasilkan dari gas. Sementara 37,5% kebutuhan gas Eropa dipenuhi oleh Rusia.
Lantas, apakah Indonesia bisa menggantikan posisi Rusia dalam hal ekspor gas ke negara-negara Eropa tersebut?
Menurut catatan Dewan Energi Nasional, pada 2020 Indonesia mengalami surplus energi gas bumi sebesar 1,95 juta ton minyak ekuivalen (TOE). Dengan total pasokan sebesar 15,59 juta ton TOE. Sedangkan permintaan sebesar 13,65 juta TOE.
Indonesia pun mengekspor gas bumi dalam produk cair atau Liquefied Natural Gas (LNG) sebesar 12,76 juta TOE. Menurut catatan, tidak ada negara Eropa yang jadi tujuan ekspor LNG Indonesia.
Asia jadi pangsa pasar utama ekspor LNG Indonesia. China menempati urutan teratas dengan volume ekspor sebesar 252,27 mmbtu. Kemudian diikuti oleh Korea sebesar 107,8 juta mmbtu dan Jepang sebanyak 93,72 juta mmbtu.
Berdasarkan BP Statistic, selain dari Rusia, Eropa banyak mengimpor gas alam melalui pipa dari Norwegia sebesar 106, 9 juta meter kubik pada 2020. Sementara untuk LNG, Qatar dan Amerika Serikat jadi penyuplai utama Eropa. Masing-masing impornya sebesar 30,2 juta meter kubik dan 25,6 juta meter kubik.
Pemasok Eropa memang tidak mengambil LNG dari kawasan Asia, termasuk Indonesia. Deputi Keuangan dan Monetisasi SKK Migas, Arief Setiawan Handoko menilai hingga saat ini belum ada negara Eropa yang berniat untuk membeli LNG dari Indonesia. Sekalipun saat ini ketergantungan Eropa terhadap gas asal Rusia cukup tinggi.
"So far negara Eropa tidak ada yang mendekati untuk membeli LNG di Indonesia. Sementara pasar tradisional Jepang, Korea, dan China masih menjadi pembeli utama LNG dari Indonesia," kata dia kepada CNBC Indonesia, Jumat (20/5/2022).
Tidak hanya Eropa yang butuh gas sekarang. Indonesia juga butuh, sehingga menyuplai gas ke Eropa mungkin bukan pilihan Indonesia saat ini. Hal ini ditegaskan oleh Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di World Economic Forum di Davos, Swiss, Senin (23/5/2022).
"Indonesia sendiri membutuhkan gas, terutama sekarang yang naik adalah harga pupuk. Seperti Pupuk Iskandar Muda membutuhkan banyak gas. Jadi kita lebih mementingkan kepentingan nasional," ujar Airlangga.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Eropa Mulai Lirik LNG, Indonesia Bakal Diuntungkan?
