
Eropa Krisis Pasokan Gas, RI Bisa Ambil Untung?

Jakarta, CNBC Indonesia - Eropa diyakini membidik Australia untuk memenuhi pasokan gas alam Eropa paska embargo migas Rusia. Namun tampaknya Negeri Kangguru masih berat untuk melepas gasnya ke Eropa.
Apakah ini jadi kesempatan bagi Indonesia?
Saul Kavonic, analis dari Credit Suisse, mengatakan Eropa kemungkinan besar akan mengambil banyak pasokan dari Australia. Diketahui, Rusia sebelumnya memasok hingga 40% kebutuhan gas negara itu.
"Eropa mengambil semua volume cadangan gas cair (Liquefied Natural Gas/LNG) di luar sana dan setiap kapasitas regas LNG terapung cadangan. Jadi tidak ada kapasitas cadangan regas yang tersisa untuk Australia," kata Kavonic dikutip Reuters, Rabu (1/6/2022).
Australia adalah pengekspor LNG terbesar di dunia dengan pasar terbesar adalah Asia. Negeri Kangguru itu memasok 21,8% LNG dunia dengan 106,2 miliar meter kubik pada tahun 2020 menurut data BP Review Statistic.
Masalahnya saat ini Australia berada di tengah ancaman krisis energi yang sangat memungkinkan aliran gas dari Australia dikurangi untuk memenuhi kebutuhan domestik. Sehingga pasokan gas dunia berpotensi susut.
Indonesia yang merupakan tetangga Australia bisa saja menganggap ini sebagai peluang. Pasalnya bumi pertiwi juga merupakan salah satu eksportir gas alam cair besar dunia. Per 2020, pangsa pasar ekspor LNG Indonesia di dunia mencapai 3,4%, menurut BP Statistic Review.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif seerti dikutip detik.com mengatakan akan ada upaya untuk bisa mengalokasikan gas ke Eropa. Akan tetapi perlu sinergi antara teknologi dan pemilik modal.
"Saya bilang kita akan berupaya untuk bisa mengalokasikan, tentu saja harus melalui pengaturan kargo. Saya juga menyampaikan bahwa Indonesia sebenarnya memiliki potensi besar untuk produksi yang lebih besar. Tapi untuk itu memang diperlukan kerja sama dengan pemilik teknologi dan juga pemilik modal," ujar Arifin.
Akan tetapi, tak hanya Eropa yang butuh gas saat ini. Indonesia juga butuh, sehingga menyuplai gas ke Eropa mungkin bukan pilihan Indonesia saat ini. Hal ini ditegaskan oleh Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di World Economic Forum di Davos, Swiss, Senin (23/5/2022).
"Indonesia sendiri membutuhkan gas, terutama sekarang yang naik adalah harga pupuk. Seperti Pupuk Iskandar Muda membutuhkan banyak gas. Jadi kita lebih mementingkan kepentingan nasional," ujar Airlangga.
Berdasarkan data ESDM, pada tahun 2021 pemanfaatan gas nasional untuk industri mendomianasi dengan 27,69%. Kemudian ada ekspor baik LNG maupun gas alam mencapai 21,56% dan 12,98%. Kemudian pupuk sebesar 12,33%.
Airlangga juga mengatakan persoalan memasok gas bukan persoalan mudah. Perlu ada upaya jangka panjang bila Indonesia mau membantu memenuhi pasokan gas Eropa.
![]() Penggunaan Gas Indonesia |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Eropa Krisis Pasokan Gas, Indonesia Bisa Jadi Penyelamat?