Internasional

NATO Ramal Perang Rusia Bisa Lama, Ekonomi Dunia Makin Hancur

Maesaroh, CNBC Indonesia
20 June 2022 18:00
Rumah Rusak dan Hancur Akibat Serangan Rusia ke Ukraina di Bucha
Foto: Keluarga berjalan di daerah perumahan yang terkena dampak pemboman di Bucha, Ukraina, Selasa (14/6/2022). (Photo by Dominika Zarzycka/NurPhoto via Getty Images)

Bank Dunia juga mengatakan perang hanya membuat pemulihan ekonomi global terganggu. Bank Dunia sudah memangkas pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini dari 4,1% menjadi 2,9%.

Kepala ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan Indonesia secara umum diuntungkan dari kenaikan harga komoditas sebagai dampak meletusnya perang Rusia-Ukraina. Pasalnya, Indonesia adalah penghasil komoditas seperti batu bara, minyak sawit mentah, hingga nikel yang harganya ikut melambung karena perang.

Namun, dia mengingatkan jika perang tidak juga surut, Indonesia juga akan terdampak besar karena harga minyak  kemungkinan terus melonjak. Pemerintah memang sudah berkomitmen untuk tidak menaikkan harga BBM dan tariff dasar listrik untuk menjaga inflasi dan daya beli. Namun, David mengingatkan persoalan besar akan timbul jika harga minyak mentah terus melonjak dan melewati US$ 140 per barel.

"Yang jadi masalah itu jika perang terus berkepanjangan dan meluas. Akan ada pukulan di harga energi sehingga subsidi bisa saja tidak cukup. Kalau harga minyaknya sampai US$ 140 per barel, gapnya akan semakin besar. Inflasi bisa meningkat," tutur David, kepada CNBC Indonesia.


UOB dalam laporannya Indonesia: Revising Our Inflation-GDP Outlook Amidst Uncertainty menghitung besarnya dampak kenaikan harga minyak ke inflasi dan pertumbuhan.

Setiap kenaikan harga minyak sebesar US$ 10 per barel  maka inflasi bisa terdongrak 1,9 percentage point (ppt) pada tahun berjalan. Namun, dalam jangka pendek, dampak tersebut hanya berkisar 0,3 ppt.

Sebelumnya, pengamat militer dan pertahanan keamanan Connie Rahakundini Bakrie meminta pemerintah untuk menyiapkan scenario terburuk terhadap konflik Rusia-Ukraina. Pasalnya, sejarah membuktikan konflik antar negara Eropa biasanya berlangsung lama.

Dia mencontohkan Perang Utara Besar yang melibatkan Empire Rusia dan Swedia pada 1700an berlangsung lebih dari 21 tahun.
Sanksi ekonomi terhadap sebuah negara juga tidak terlalu efektif. Sanksi malah membuat negara yang disanksi lebih kuat seperti apa yang terjadi di Iran.

"Sanksi tidak membuat sebuah negara mati tapi kuat terlebih Rusia sudah mengalami jatuh bangun dari zaman kekaisaran," ujar Connie, dalam diskusi LPPI Virtual Seminar #76 : Krisis Geopolitik dan Dampaknya pada Perekonomian Indonesia, Selasa (31/5/2022).

(mae)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular