
Rusia Sampai Sri Lanka, Ini Negara-negara yang Bisa 'Ambruk'

Jakarta, CNBC Indonesia - Perekonomian di puluhan negara diperkirakan akan ambruk karena ketidakpastian global, pandemi Covid-19, dan lonjakan inflasi akibat perang Rusia-Ukraina. Sudan Selatan, Sri Lanka, Ukraina, hingga Suriah menjadi negara yang paling terancam dalam daftar negara tersebut.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengutip data dari Bank Dunia atau International Monetary Fund (IMF) mengatakan sekitar 60 negara akan ambruk perekonomiannya.
"Bank Dunia, IMF menyampaikan ada kurang lebih 60 negara yang akan ambruk ekonominya, yang 40 diperkirakan pasti," kata Presiden Joko Widodo (Jokowi), Rabu (14/6/2022).
Dalam laporan terbaru mereka, Global Economic Prospects, Bank Dunia memproyeksikan 12 negara akan mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) tahun ini. Sementara itu, puluhan negara lain akan mengalami penurunan pertumbuhan yang sangat tajam.
"Lonjakan inflasi, kenaikan suku bunga, meningkatnya utang, dan melemahnya pertumbuhan akan mengakibatkan besarnya tekanan keuangan di sejumlah wilayah," tulus Bank Dunia, dalam laporannya.
Sub Sahara Afrika menjadi wilayah yang paling mengkhawatirkan karena banyaknya negara yang akan mengalami goncangan kenaikan harga dan utang akibat krisis ekonomi dan pandemi Covid-19.
"Lebih dari 60% wilayah Sub-Sahara Afrika memiliki risiko tinggi karena beban utang yang naik akibat pandemi. Pengetatan kondisi keuangan global akan sangat menyulitkan mereka dalam mengakses pembiayaan," tulis Bank Dunia.
Negara-negara di kawasan Sub-Sahara Afrika tidak sendiri, puluhan negara yang lokasinya membentang dari Eropa, Amerika Latin, hingga Asia pun diperkirakan akan menghadapi beban berat ke depan akibat perang Rusia-Ukraina dan dampak lanjutan pandemi Covid-19.
"Inflasi bahan pangan yang sangat tinggi berdampak besar terhadap ekonomi di Burkina Faso, Ethiopia, Togo, Madagaskar, Sudah Selatan, Mozambiq, dan Kongo. Lonjakan harga membuat semakin banyak barang yang masuk dalam kategori rawan pangan akut," tulis Bank Dunia.
Merujuk perkiraan Bank Dunia, Ukraina akan mengalami kontraksi tertinggi dibandingkan semua negara di dunia karena invasi Rusia. Perekonomian mereka diperkirakan akan terkontraksi sebesar 45,1% pada tahun ini. Berbanding terbalik dibandingkan tumbuh 3,4% pada tahun lalu.
"Aktivitas ekonomi di Ukraina sulit dilakukan di beberapa wilayah karena rusaknya infrastruktur akibat perang. Sekitar 50% aktivitas bisnis Ukraina harus tutup total karena perang," tulis Bank Dunia.
Lalu lintas perdagangan dari dan menuju Ukraina putus karena Laut Hitam yang berkontribusi terhadap 50% ekspor diblokade. Akibat perang, angka kemiskinan di Ukraina juga diperkirakan meningkat menjadi 20% pada tahun ini dari sebelumnya hanya 2%.
Ekonomi Rusia juga ikut hancur karena invasi mereka. Bank Dunia memperkirakan ekonomi Negara Beruang Merah akan terkontraksi sebesar 8,9%, berbanding terbalik dengan tumbuh 4,7% pada tahun lalu.
Ekonomi Rusia melemah karena anjloknya konsumsi domestik akibat persoalan rantai pasok. Melandainya investasi dan ekspor juga menyebabkan ekonomi Rusia terjerembab.
"Banyaknya embargo ke Rusia akan mempengaruhi perekonomian negara tersebut dalam jangka menengah," tulis Bank Dunia.
Negara lain yang akan terkontraksi pada pada tahun ini di antaranya Kepulauan Solomon (-2,9%), Samoa (-0,3%), Tonga (-2,9%), Belarusia (-6,5%), Kirgistan (-2%), Moldova (-0,4%), Tajikistan (-0,4%), Haiti (-0,4%), Libanon (-6,5%), Suriah (2,6%), Sri Lanka (-7,8%), dan Sudan Selatan (-5,1%).
Sementara itu, negara yang pertumbuhan ekonominya akan turun signifikan di antaranya adalah Turki yakni dari 11% pada tahun lalu menjadi 2,3% pada tahun ini.
Negara Eropa lain yang akan perekonomiannya melambat drastis adalah Kroasia, Hungaria, Albania, Kosovo, Montenegro, Serbia, dan Rumania. Ekonomi Kroasia akan melambat menjadi 3,8% pada tahun ini dari 10,4% pada tahun lalu.
Negara besar seperti China juga tidak kebal dari perlambatan ekonomi. Perekonomian Negara Tirai Bambu diperkirakan hanya tumbuh 4,3% pada tahun ini dibandingkan 8,1% pada 2021. Pada Januari lalu, Bank Dunia masih memproyeksi ekonomi China akan tumbuh 5,1%.
Di wilayah Amerika Latin dan Karibia Bahamas, sejumlah negara juga akan mengalami perlambatan pertumbuhan mulai dari Kosta Rika, Guatemala, Kolombia, Republik Dominika, El Savador, hingga Peru.
Negara dengan perekonomian kuat dan besar seperti Chile dan Argentina juga tidak kebal krisis. Ekonomi Chile akan melambat menjadi 1,7% pada tahun ini dari 11,7% pada tahun sebelumnya. Sementara itu, Argentina akan mengalami perlambatan pertumbuhan menjadi hanya 4,5% pada tahun ini dari 10,3% pada tahun lalu.
Di kawasan Timur Tengah, kemerosotan ekonomi akan dialami Maroko. Negara tersebut diperkirakan hanya akan tumbuh 1,1% pada tahun ini dari 7,4% pada tahun lalu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gedebuk! Dekorasi Plafon Lippo Mall Kemang Timpa Pengunjung