Ura! Tak Cuma Dolar, Rubel-nya Putin Juga Tekuk Euro

Aulia Mutiara, CNBC Indonesia
15 June 2022 15:59
Pemerintah Rusia pimpinan Presiden Vladimir Putin (Getty Images/Contributor)
Foto: Pemerintah Rusia pimpinan Presiden Vladimir Putin (Getty Images/Contributor)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang rubel Rusia mencapai level tertinggi terhadap euro dan dolar Amerika Serikat (AS) dalam tiga pekan terakhir. Pada Selasa (14/6/2022) pukul 21:15 WIB, rubel terpantau menguat meskipun bayangan krisis ekonomi semakin nyata.

Mata uang negara yang dipimpin Presiden Vladimir Putin itu menguat menguat 1,8% terhadap euro di RUB 59,03/EUR. Sedangkan terhadap dolar AS, rubel mencatatkan penguatan 0,4% di RUB 56,54/US$.

Sejak serangan Rusia ke Ukraina banyak juga gejolak yang dirasakan oleh pihak Rusia. Di sisi lain, ada pula dampak positifnya yakni menguatnya rubel Rusia terhadap dolar AS yang membuat rubel menjadi jadi mata uang terkuat.

kursSumber: Reuters

Setelah rubel menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di dunia, otoritas Negeri Beruang Merah melonggarkan kontrol arus modal (capital control) dan menghapus persyaratan bagi perusahaan yang berfokus pada ekspor untuk mengubah pendapatan mata uang asing mereka. Keputusan bank sentral untuk memangkas suku bunga utamanya ke level sebelum krisis 9,5% minggu lalu juga dirancang untuk mengurangi tekanan sisi atas pada rubel.

Kuatnya rubel berujung mengurangi pendapatan eksportir namun bermanfaat bagi importir, hal ini membuat barang dan jasa asing menjadi lebih murah. Namun, impor Rusia telah berkurang secara drastis karena sanksi Barat yang belum pernah terjadi sebelumnya serta terganggunya rantai logistik.

Analis Sberbank CIB Yuri Popov mengungkapkan penjualan valuta asing yang lebih tinggi oleh eksportir untuk memenuhi kewajiban pajak domestik mendorong rubel untuk tetap berdiri tegak di tengah krisis ekonomi di berbagai belahan dunia.

Kemarin (14/6/2022) Bursa Moskow juga mengungkapkan bahwa mereka akan menangguhkan perdagangan franc Swiss terhadap dolar AS dan rubel karena sanksi yang dikenakan Swiss terhadap Rusia mulai 10 Juni 2022.

Jika mengulas perdagangan beberapa bulan lalu, mata uang Rubel Rusia mengejutkan pasar. Di awal Maret lalu nilainya terpuruk, jeblok hingga lebih dari 100% melawan dolar AS dan menyentuh rekor terlemah sepanjang sejarah di RUB 150/US$.

Sebelumnya, Bank sentral Rusia (Central Bank of Rusia/CBR) juga menaikkan suku bunga menjadi 20% dari sebelumnya 9,5% di awal Maret lalu menjadi salah satu penyebab penguatan rubel. Selain itu, pemerintah Rusia juga meminta minyak bumi dan gas yang dibeli beberapa negara khususnya Eropa dibayar dengan rubel.

Yang paling penting, Presiden Rusia Vladimir Putin menerapkan kebijakan capital control. memberikan dampak yang besar terhadap penguatan rubel. Kebijakan tersebut mewajibkan perusahaan Rusia mengkonversi 80% valuta asingnya menjadi rubel. Rusia juga meminta gas dan minyak yang diimpor oleh negara-negara Eropa dibayar menggunakan rubel.

Namun, Analis memperkirakan bahwa penguatan rubel tersebut dikatakan semu akibat berbagai kebijakan yang diterapkan tersebut. Ke depannya rubel diperkirakan bisa kembali terpuruk, sebab tidak ada orang yang ingin membeli rubel kecuali terpaksa.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rubel Mata Uang Terbaik Dunia, Rusia 'Buang' Dolar AS & Euro!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular