
Kabar Buruk, China Lockdown Sebagian Shanghai Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia -Beberapa bagian Shanghai akan kembali melakukan penguncian (lockdown) baru, Kamis (9/6/2022) ini. Itu seiring ditemukannya empat kasus Covid-19 baru bergejala, Rabu.
Salah satu yang terkena dampak adalah distrik Minhang. Rumah bagi 2 juta orang itu akan dikunci selama dua hari.
Otoritas mengatakan ini untuk mengendalikan penularan Covid-19. Penduduk akan menjalani tes asam nukleat untuk mengetahui apakah mereka terinfeksi 11 Juni nanti.
Shanghai sendiri sudah dikunci dua bulan. Sebenarnya pelonggaran sudah dilakukan sejak akhir Mei lalu.
Namun beberapa kompleks perumahan telah ditutup kembali karena ditemukannya kasus. China menerapkan kebijakan "nol-Covid" yang bertujuan untuk mematikan rantai transmisi sesegera mungkin.
Disebutkan setidaknya ada tiga lingkungan di Shanghai yang akan diwajibkan melalui lima putaran tes Covid-19. Semua warga di-lockdown hingga Saut.
"Berdasarkan penilaian tren pencegahan dan pengendalian epidemi, langkah-langkah terkait akan disesuaikan secara dinamis," katanya Wakil Kepala Komisi Kesehatan Shanghai dikutip Reuters.
"Kami berharap masyarakat akan terus memahami dan bekerja sama."
Aturan pembatasan Covid-19 sempat memicu protes penduduk. Bukan hanya itu, perusahaan aning juga mempertimbangkan merelokasi bisnis dari Shanghai.
"Salah satu masalah utama yang dihadapi bisnis asing adalah tingkat ketidakpastian seputar pembatasan Covid-19," kata analis kebijakan senior di Kamar Dagang Inggris di China, Alexandra Hirst.
"Ketidakpastian ini, dan peningkatan risiko, mengakibatkan banyak bisnis menunda, mengurangi, atau menarik sepenuhnya dari pasar China."
Mengutip Worldometers, hari ini China melaporkan 67 kasus Covid-19 baru bergejala. Sementara data kasus tak bergejala, yang biasa dipisah pemerintah, tidak tercatat.
Total kasus Covid-19 China dari awal corona hinge kini adalah 224.465, dengan 5.226 kematian. Total yang sembuh mencapai 218.258.
Sementara itu, sejumlah lembaga dunia kembali merevisi turun pertumbuhan ekonomi global. Bank dunia memprediksi ekonomi global diperkirakan hanya akan tumbuh 2,9%, sekitar 1,2 poin persentase di bawah perkiraan Januari lalu.
Sementara itu, Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (Organization for Economic Cooperation and Development/OECD) juga meramal kemerosotan ekonomi global. Lembaga itu memprediksi ekonomi dunia hanya akan tumbuh 3%, turun 1,5 poin persentase dari proyeksi Desember 4,5%.
Perang Rusia dan Ukraian menjadi salah satu faktor. Bukan hanya itu, ini juga karena lockdown China.
"Serangan (Rusia) ke Ukraina, bersama dengan penutupan di kota-kota besar dan pelabuhan di China karena kebijakan nol-Covid, telah menghasilkan serangkaian guncangan baru yang merugikan," kata OECD.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Shanghai Makin Ngeri, Kini Lockdown Total Tanpa Batas Waktu