
Kasus Covid-19 Naik Terus, PPKM Engga Jadi Setop Nih?

Jakarta, CNBC Indonesia - Kasus baru Covid-19 di Indonesia meningkat dalam sepekan terakhir. Angka Positivity rate juga kembali melewati 1%.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), tambahan kasus Covid-19 selama sepekan terakhir (30 Mei-5 Juni 2022) mencapai 2.385, naik 30,7% dibandingkan pekan sebelumnya (23-29 Mei 2022) yang tercatat 1.825.
Artinya, kasus Covid-19 sudah naik dalam dua pekan terakhir. Pada pekan sebelumnya, kasus Covid-19 juga naik 0,6%.
Pada Minggu (5/6/2022), Indonesia melaporkan tambahan kasus sebanyak 388. Dengan demikian, tambahan kasus Covid-19 harian di Indonesia selalu berada di atas 300 sejak Selasa (31/5/2022).
Padahal, sepanjang 26-30 Mei tahun ini, tambahan kasus harian selalu berada di bawah 300. Peningkatan drastis juga terjadi pada rasio positivity rate. Sepekan terakhir, rata-rata positivity rate mencapai 0,71%. Level tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan pada pekan sebelumnya yang tercatat 0,57%.
Pada Minggu (5/6/2022), positivity rate bahkan menembus 1,14%. Level tersebut adalah yang tertinggi sekal 15 April lalu (1,26%) atau sebulan lebih.
Namun, angka kematian turun 21,2% dalam sepekan terakhir. Jumlah pasien yang meninggal akibat Covid-19 dalam sepekan terakhir mencapai 41 jiwa sementara pada pekan sebelumnya berjumlah 52.
Dicky Budiman, epidemiolog dan peneliti Indonesia dari Universitas Griffith, Australia, mengatakan kenaikan kasus Covid-19 bisa dipahami. Pelonggaran mobilitas, cepatnya penyebaran varian Omicron, serta mulai longgarnya kepatuhan dalam memakai masker menjadi penyebabnya.
"Tingkat reproduksi varian Omicron juga sangat tinggi. Jadi wajar jika kasus tinggi," tutur Dicky, kepada CNBC Indonesia.
Cepatnya penyebaran Omicron bisa terlihat dari perkembangan kasus harian sejumlah negara yang masih menerapkan tracing dan testing dalam jumlah besar. Di Amerika Serikat, misalnya, rata-rata tambahan kasus ada di angka 94.000.
Dicky mengatakan tambahan kasus di Indonesia bisa lebih tinggi dari pada yang dilaporkan jika testing dan tracing dilakukan secara masif. Dalam sepekan terakhir, rata-rata jumlah orang yang diperiksa Covid-19 hanya 42.476 orang. Jumlah tersebut memang lebih tinggi dibandingkan pekan sebelumnya yakni 39 ribu tetapi masih rendah dibandingkan dua pekan lalu yakni di kisaran 78.000.
Dicky menjelaskan sulit menghindari kenaikan kasus Covid-19 di tengah pelonggaran mobilitas dan kebijakan Covid-19 seperti sekarang ini. Karena itulah, yang paling penting saat ini adalah bagaimana mencegah kasus kesakitan atau melonjaknya jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit.
"Kalau kasus melonjak kan beban fasilitas kesehatan bertambah, ini yang harus dihindari," ujarnya.
Dia menambahkan imunitas masyarakat juga menjadi modal penting dalam menekan angka kesakitan. Imunitas ini pula yang membedakan antara kondisi sekarang dan di masa lalu. "Yang infeksi banyak tapi kan karena ada modal imunitas jadi yang bergejala sedikit. Kalau bergejala juga ringan," tuturnya.
Namun, Dicky mengingatkan Indonesia tidak boleh bersantai karena bagaimanapun Covid-19 masih menjadi pandemi global. Masih ada risiko dari kenaikan kasus atau munculnya wabah baru akibat dari pandemi Covid-19.
"Hanya WHO yang bisa mencabut status pandemi ke endemi. Endemi juga seharusnya tidak menjadi tujuan karena yang terpenting kasus nya harus terkendali," imbuh Dicky.
(mae/cha)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article WNI dari Luar Negeri Sumbang Setengah Kasus Harian Covid RI
