Virus Hendra Lebih Mematikan dari Covid-19, Ketahui Gejalanya

Teti Purwanti, CNBC Indonesia
04 June 2022 21:15
A bat hangs from a branch outside Brazil's state-run Fiocruz Institute at Pedra Branca state park, near Rio de Janeiro, Tuesday, Nov. 17, 2020. Bats are thought to be the original or intermediary hosts for multiple viruses that have spawned recent epidemics, including COVID-19, SARS, MERS, Ebola, Nipah virus, Hendra virus and Marburg virus. (AP Photo/Silvia Izquierdo)
Foto: AP/Silvia Izquierdo

Jakarta, CNBC Indonesia - Usai pandemi Covid-19 selama dua tahun terakhir, banyak penyakit yang menjadi momok masyarakat. Beberapa waktu lalu ada cacar monyet yang cukup meresahkan.

Belum selesai dengan Covid-19 dan cacar monyet, muncul virus Hendra yang lebih mematikan dibanding virus Covid-19.

"Fatality rate atau tingkat kematiannya lebih tinggi. Jika Covid-19 pada tingkat 3-4%, virus Hendra berada pada tingkat 50% kematian," kata Epidemiolog Universitas Airlangga, Laura Navika Yamani, sebagaimana dikutip dari situs resmi Unair.

Para peneliti di Australia mengidentifikasi varian baru virus Hendra yang tidak dikenali sebelumnya, yang menyebabkan penyakit mematikan pada kuda-kuda di Australia. Hasil penelitian menunjukkan adanya dugaan peningkatan risiko penularan ke manusia dibandingkan varian virus Hendra sebelumnya.

Peneliti ketahanan kesehatan global dari Universitas Griffith, Dicky Budiman, mengatakan hasil penelitian di Australia itu masih merupakan "hipotesa" karena faktanya, kasus infeksi virus Hendra masih sangat jarang ditemukan pada kuda, apalagi pada manusia, meski ada ada tren peningkatan kasus.

"Secara umum masih cukup jarang. Kekhawatiran itu menjadi satu dasar untuk mitigasi yang lebih kuat, khususnya di surveillance, deteksi dini," kata Dicky.

Apa itu virus Hendra?

Virus Hendra pertama kali ditemukan pada 1994 di daerah bernama Hendra, di pinggiran kota Brisbane, Australia. Virus itu ditemukan saat wabah penyakit pernapasan dan neurologis menyerang kuda dan manusia.

Di Indonesia, virus Hendra pernah terdeteksi di Pontianak, Kalimantan Barat dan Manado, Sulawesi Utara, pada 2013 lalu. Para peneliti menemukan antibodi virus Hendra pada puluhan kelelawar di dua daerah tersebut.

Dalam kasus virus Hendra, kelelawar merupakan reservoir atau tempat patogen bersarang dan berkembang biak untuk dapat menularkan penyakit.

Virus Hendra masih satu keluarga dengan virus Nipah-- yang menginfeksi hewan ternak babi dengan agen penularan kelelawar pemakan buah. Di tempat asalnya ditemukan, virus Hendra menginfeksi kuda, dengan masa inkubasi antara 5-16 hari.

Gejala Virus Hendra

Virus Hendra dapat menyebabkan berbagai macam gejala pada kuda. Pemerintah Australia mengidentifikasi beberapa gejalanya, antara lain demam, peningkatan denyut jantung, berguling dan berkeringat tanpa bunyi perut, sesak napas, keluar cairan dari hidung, gaya berjalan goyah, kehilangan penglihatan, memiringkan dan memutar-mutar kepala, otot berkedut, dan beberapa gejala lainnya.

Di Australia, sebanyak 70% kuda yang terinfeksi virus ini mati. Pengobatan pendukung seperti agen anti-inflamasi dan terapi cairan mungkin bisa dilakukan, tapi pemerintah Australia mengatakan eutanasia mungkin diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi ke manusia - atau ke hewan lain.

Virus Hendra sebenarnya sangat rapuh. Virus itu bisa mati karena panas, sabun atau deterjen, dan dengan pengeringan.

Virus Hendra mungkin dapat bertahan di lingkungan mulai dari beberapa jam hingga beberapa hari tergantung pada keadaan lingkungan. Kondisi lembab dengan pH mendekati netral membuat kelangsungan hidup virus Hendra lebih lama.

Kelangsungan hidup lebih lama dalam kondisi lembab yang sejuk di mana pH mendekati netral.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Waspada Varian Baru Virus Hendra, Lebih Mematikan dari Covid?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular