Epidemiolog Sebut Virus Ini Lebih Ganas dari Covid, Apa Itu?

Intan Rakhmayanti Dewi, CNBC Indonesia
03 June 2022 07:05
Researchers set up equipment for catch bat in front of cave inside Sai Yok National Park in Kanchanaburi province, west of Bangkok, Thailand, Friday, July 31, 2020. Thai researchers are collecting samples from bats to test if they could also carry a novel coronavirus, similar to what bats in China are found to have. The result could help answer the question everyone is asking – what's the origin of the COVID-19 virus? (AP Photo/Sakchai Lalit)
Foto: Thailand Uji Tes Kelelawar (AP/Sakchai Lalit)

Jakarta, CNBC Indonesia - Belakangan kasus virus Covid-19 perlahan mulai mereda. Namun di tengah kabar baik tersebut, beragam virus mulai muncul dan menimbulkan kekhawatiran baru, salah satunya virus Hendra.

Virus Hendra (HeV) adalah anggota famili Paramyxoviridae, genus Henipavirus. HeV pertama kali ditemukan pada tahun 1994 dari spesimen yang diperoleh selama wabah penyakit pernapasan dan neurologis pada kuda dan manusia di Hendra, pinggiran kota Brisbane, Australia.

7 dari 10 orang manusia yang terkena virus Hendra ini meninggalDicky Budiman

Para peneliti di Griffith University Australia menyebut bahwa varian dari virus tersebut bisa menular ke manusia.

Virus ini juga terdeteksi di urine kelelawar berkepala hitam dan abu-abu yang menyebar di Australia, wilayah federal New South Wales hingga Queensland.

"Hasil studi kami dengan meneliti spesies kelelawar tertentu mengungkapkan bagaimana varian virus Hendra menular ke kuda dan manusia," kata pemimpin penelitian Alison Peel dari Pusat Kesehatan dan Keamanan Pangan, dikutip dari situs resmi Griffith University.

Virus Hendra lebih sering ditemukan pada akhir Mei hingga akhir Agustus, tetapi penularan diyakini bisa terjadi di semua musim.

Menurut epidemiolog, 7 dari 10 orang manusia yang terinfeksi virus Hendra bisa meninggal dunia.

Epidemiolog Dicky Budiman mengungkapkan bahwa virus Hendra sebenarnya sudah lama ditemukan. Virus ini merupakan penyakit endemi yang hanya ditemukan di sejumlah wilayah.

Sejak dilaporkan pada tahun 1994, virus Hendra tercatat memiliki angka kematian di atas 50 persen, baik pada hewan maupun manusia. Adapun "korban" terpapar paling banyak dilaporkan pada hewan kuda.

Kuda yang terinfeksi akibat terpapar kotoran dari kelelawar pemakan buah umumnya mengalami kondisi fatal, dengan sekitar 80% dari total kasus tak tertolong. Ancaman serupa juga mengintai manusia.

"Pada manusia pun 70 persen kalau terpapar ya mematikan, 7 dari 10 orang manusia yang terkena virus Hendra ini meninggal," ujarnya, sebagaimana dikutip oleh detikHealth.

Epidemiolog Sebut RI Bisa jadi Episentrum Covid-19, Ini Sebabnya! (CNBC Indonesia TV)Foto: Epidemiolog Dicky Budiman.

Untuk itu, Dicky mengimbau masyarakat khususnya mereka yang memiliki peternakan untuk mewaspadai penularan virus Hendra. Sebab, virus tersebut bisa bertahan di kotoran hewan selama empat hari.

"Gejalanya pada manusia itu mestinya demam, batuk, nyeri tenggorokan, nyeri kepala, sama seperti penyakit flu disertai dengan meningitis atau encephalitis atau peradangan pada otak, bila berkembang yang menyebabkan nyeri kepala, demam tinggi, dan juga kejang sampai koma," tutupnya.


(dem)
[Gambas:Video CNBC]

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular