RI Jadi Korban Perang Rusia-Ukraina, Separah Apa?
Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa saat ini perkembangan harga komoditas pangan global yang meroket, telah berdampak terhadap harga di tingkat konsumen Indonesia.
Kepala BPS Margo Yuwono menjelaskan, kenaikan harga tepung terigu dan kedelai di dalam negeri. Kenaikan harga tepung terigu memberikan andil inflasi ke Indonesia sebesar 0,0008% dan produk turunan kedelai seperti tempe memiliki andil inflasi 0,0052%.
"Ini perlu diwaspadai kalau harga internasional terus meningkat terutama untuk barang-barang impor pangan, akan berdampak pada harga-harga terutama di industri turunannya," jelas Margo dalam konferensi pers, Kamis (2/6/2022).
Margo mengatakan perang Rusia dan Ukraina menjadi pemicu utama kenaikan harga energi dan pangan global beberapa bulan terakhir.
Perang di Ukraina telah mengganggu rantai pasok perdagangan global, sehingga meningkatkan tekanan kenaikan harga-harga di sejumlah negara, termasuk Indonesia.
Sejumlah harga pangan dunia melanjutkan kenaikan sampai dengan bulan April. Harga gandum naik 1,85% dibandingkan bulan sebelumnya, harga jagung naik 3,77% dan kedelai 0,03%.
Sebaliknya, harga energi menunjukkan penurunan secara bulanan, harga minyak mentah terkoreksi 7,99% pada April, CPO turun 5,3% dan gas alam turun 24,03%. Kenaikan harga-harga ini akan menimbulkan tekanan berupa kenaikan inflasi global.
"Dalam laporannya bulan April, IMF (Dana Moneter Internasional) merevisi perkiraan inflasinya baik untuk negara maju maupun berkembang," jelas Margo.
"Di negara maju, inflasi diramal bisa mencapai 5,7% pada tahun ini, dari perkiraan sebelum perang inflasi sebesar 3,9%. Di negara berkembang, perkiraan inflasi dinaikkan dari 5,9% menjadi 8,7%," kata Margo melanjutkan.
Adapun kenaikan harga pangan di tingkat produsen sudah terlihat jelas, tercermin dari inflasi harga perdagangan besar (IHPB) pada Mei 2022 yang sebesar 0,33% terhadap IHPB April 2022. Kenaikan IHPB tertinggi terjadi pada sektor industri sebesar 0,38%.
"Beberapa komoditas pertanian secara bulanan juga mengalami perubahan harga signifikan. Seperti telur ayam ras terjadi kenaikan dan memberikan andil 0,05% untuk IHPB," jelas Margo.
Tingginya harga produksi telur ayam ras, kata Margo sebagai respon meningkatnya harga pakan ternak, sehingga membuat beberapa peternak mengurangi populasi ayamnya.
Adapun produk pertanian memberikan andil terhadap IHPB sebesar 0,04% dikarenakan adanya terbatasnya stok bawang merah di pasar utama.
Secara rinci, komoditas di sektor bahan pangan selain ayam ras yang mengalami kenaikan harga pada Mei antara lain bawang merah, kubis/kol, tepung terigu, dan daging sapi.
"Beberapa komoditas industri yang mengalami peningkatan harga secara bulanan seperti tepung terigu, daging sapi, mie kering instan, dan kalau dilihat ini bisa dikatakan sebagai respon kenaikan harga global yang meningkat," kata Margo.
"Perkembangan harga global sudah merambat ke kita, tapi masih level harga perdagangan besar, belum masuk sepenuhnya ke harga konsumen," kata Margo lagi.
(cap/mij)