
'Korban' Baru Perang Rusia-Ukraina: Indonesia!

Hambatan produksi dan distribusi, kenaikan harga, serta kebijakan pembatasan ekspor komoditas membuat dunia usaha di berbagai negara kesulitan untuk mendapatkan bahan baku. S&P Global mencatat tekanan harga untuk biaya input masih berada di level tinggi dibandingkan historisnya.
"Indeks Tekanan Harga Dunia (Global Price Pressure Index) mengindikasikan harga komoditas naik lima kali lipat dibanding kondisi normal. Harga semikonduktor, komponen elektronik, dan biaya transportasi masih di level tertinggi sepanjang sejarah pencatatan," sebut laporan S&P Global.
![]() |
Oleh karena itu, dampak perang di Ukraina sudah menyebar ke mana-mana. Dunia sudah menjadi 'korban' perang Ukraina.
Bagaimana dengan Indonesia? Apakah Indonesia juga sudah menjadi 'korban' perang Ukraina?
Sepertinya demikian. Di tengah perekonomian dunia yang makin terintegrasi, tanpa batas, apa yang terjadi di Ukraina tentu dirasakan hingga ke Indonesia.
Dampak itu terutama dirasakan oleh pelaku usaha. Seperti di negara lain, dunia usaha Ibu Pertiwi juga merasakan kesulitan mendapatkan bahan baku untuk produksi.
Pada Mei 2022, S&P Global melaporkan aktivitas manufaktur yang diukur oleh Purchasing Managers' Index (PMI) Indonesia berada di 50,8. Skor PMI di atas 50 menandakan dunia usaha masih berada di fase ekspansi.
Akan tetapi, laju ekspansi tersebut melambat. PMI manufaktur di 50,8 adalah yang terendah dalam sembilan bulan terakhir.
"Menjelang kuartal II, pelaku usaha manufaktur memberi sinyal bahwa produksi mungkin akan turun sedikit. Penyebabnya adalah masalah pasokan bahan baku. Semakin lamanya waktu pengiriman, ditambah dengan kenaikan harga, akan menjadi hambatan kinerja sektor manufaktur Indonesia," tegas Jingyi Pan, Economics Associate Director S&P Global Market Intelligence, dalam keterangan tertulis.
BPS juga memberi bukti bahwa perang Rusia-Ukraina telah merasuki dunia usaha. Inflasi di level produsen (Harga Perdagangan Besar/HPB) pada Mei 2022 tercatat 4,23% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Tertinggi sejak November 2018.
"Di sisi industri, kenaikan terjadi di tepung terigu, daging sapi, dan mie kering instan. Bisa dikatakan sebagai respons harga di tingkat global.
"Harga bahan baku sudah mengalami kenaikan. Perkembangan harga global sudah merambat ke kita, walau masih di level HPB, belum sepenuhnya masuk ke harga konsumen," jelas Margo.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)[Gambas:Video CNBC]