Kasus Covid-19 di Mei Turun Tajam, Sudah Boleh Tenang?

mae, CNBC Indonesia
Rabu, 01/06/2022 17:20 WIB
Foto: Suasana aktivitas di luar Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet, Jakarta, Kamis (3/2/2022). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perkembangan kasus Covid-19 di Indonesia terus menunjukkan perbaikan. Selama bulan Mei, tambahan kasus Covid-19 tercatat 8.177, turun 75,9% dibandingkan April (33.978).

Jumlah kasus di bulan April juga turun jauh dibandingkan Maret (448.370) atau Februari (1.211.078).

Menurunnya kasus Covid-19 nasional sejalan dengan semakin berkurangnya penambahan kasus di DKI Jakarta dan Jawa Barat. Dua provinsi tersebut merupakan episentrum gelombang III Covid-19 di Indonesia.


Pada bulan Mei, kasus Covid-19 di Jakarta mencapai 2.982, turun 72,2% dibandingkan yang tercatat di bulan April yakni 10.727. Kasus di Jawa Barat tercatat 1.244 selama bulan Mei, turun 82,9% dibandingkan di bulan April yang tercatat 7.298.


Selain tambahan kasus, jumlah kasus kematian akibat Covid-19 juga semakin menurun di bulan Mei. Kasus kematian di bulan Mei tercatat 334, turun 71,4% dibandingkan bulan April (1.168).

Rata-rata positivity rate juga sudah melandai menjadi 0,43% di bulan Mei dari 1,39% yang tercatat di bulan April.

Perkembangan kasus Covid-19 di bulan Mei menjadi ujian bagi penanganan kasus Covid-19 di Indonesia pasca Lebaran. Sebagai catatan, Hari Raya Idulfitri tahun ini jatuh pada 2 Mei 2022.

Dalam catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), kasus Covid-19 di Indonesia biasanya melonjak tajam pasca libur panjang, termasuk pada Lebaran tahun lalu.

Pada tahun 2021, Lebaran jatuh pada pertengahan Mei. Pada akhir Mei, tambahan kasus harian masih tercatat 5.000-6.000. Kasus Covid-19 melonjak tajam bahkan tidak terkontrol hingga menembus 54 ribu kasus lebih pada Juli 2021. Libur Lebaran 2021 juga menjadi awal dari gelombang II.


Peneliti Global Health Security Griffith University Australia Dicky Budiman, mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada meskipun penambahan kasus baru terus menurun.

"Tentu dua Lebaran sebelumnya tidak bisa dibandingkan karena (sekarang) ada modal imunitas. Jangan anggap situasi benar-benar aman. Kita juga harus ingat ada dampak tidak langsung dari Covid seperti wabah lokal," tutur Dicky, kepada CNBC Indonesia.

Wabah lokal tersebut di antaranya penyakit hepatitis akut.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan imbas libur Lebaran terhadap kenaikan kasus Covid-19 baru terlihat pada akhir Mei.

"Pengalaman kami melihat hari-hari raya besar sebelumnya yaitu Nataru dan Lebaran tahun lalu, biasanya indikasi kenaikan 27-34 hari sesudah hari raya. Jadi kalau hari rayanya kemarin 2 Mei, ya kita lihat akhir bulan ini," tutur Budi Gunadi Sadikin saat konferensi pers, Rabu (17/5).

Berdasarkan data BNPB, jumlah masyarakat yang sudah mendapatkan vaksinasi dosis I tercatat 200,27 juta atau 96,2% dari target. Penerima vaksinasi dosis II tercatat 167,4 juta atau 80,4% dari target sementara penerima vaksinasi booster tercatat 45,7 juta atau 21,9% dari target.

Pada libur Lebaran 2021, mayoritas masyarakat Indonesia belum mendapatkan vaksinasi karena vaksinasi untuk masyarakat umum baru dilakukan pada Juni 2021 sementara Lebaran jatuh di pertengahan Mei.

Menurunnya jumlah kasus membuat pemerintah percaya diri untuk memperbolehkan masyarakat tidak menggunakan masker jika di luar ruangan.

Penghapusan kewajiban memakai masker tersebut merupakan serangkaian pelonggaran yang dilakukan pemerintah sejak April. Termasuk di dalamnya adalah diperbolehkannya mudik hingga menjalankan ibadah Tarawih selama Ramadan. Status PPKM di sebagian besar wilayah juga kini berada di Level 1-2.

Sejumlah pelonggaran membuat aktivitas ekonomi sudah mengarah ke level normal. Padatnya aktivitas masyarakat di jalanan dan tempat umum juga terekam dalam Google Mobility Index.

Per 28 Mei 2022, mobilitas masyarakat di tempat kerja sudah tumbuh 16%, aktivitas di tempat perdagangan retail dan rekreasi tumbuh 11%, dan pergerakan masyarakat di tempat belanja kebutuhan sehari-hari tumbuh 31%.

Kondisi ini berbanding terbalik saat sebagian besar wilayah Indonesia masih berada di PPKM Level 3 pada pertengahan Februari lalu atau di mana Indonesia dihadapkan pada puncak gelombang III.

Pada pertengahan Februari 2022, mobilitas masyarakat di tempat kerja terkontraksi 29%, aktivitas di tempat perdagangan retail dan rekreasi tumbuh 1%, sementara pergerakan masyarakat di tempat belanja kebutuhan sehari-hari tumbuh 21%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(mae/vap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Covid-19 Kian Dianggap Biasa, Masyarakat Diminta Tetap Waspada