Sederet Negara Ini Bakal Resesi, RI Ada di Antrean?

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
Rabu, 25/05/2022 14:50 WIB
Foto: Infografis/Negara-negara Ini Resmi Resesi Tapi Ada juga yang Lolos/Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - Resesi ekonomi membayangi sejumlah negara di dunia. Saat ini, tanda-tanda resesi mulai nampak di Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Bagaimana dengan Indonesia?

Ekonomi AS memperlihatkan kondisi yang kian memburuk, salah satu faktor penyebabnya adalah tekanan dari suku bunga acuan bank sentral yang tinggi.


Bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) kemungkinan bakal menaikkan suku bunga acuan hingga tujuh kali tahun ini, untuk meredam inflasi yang melonjak gila-gilaan. The Fed masih memiliki pekerjaan besar untuk menekan inflasi menuju target 2%. Oleh karena itu, kenaikan suku bunga acuan lebih lanjut hampir pasti terjadi.

Ketika suku bunga tinggi, konsumen mendapatkan pengembalian yang lebih tinggi atas uang yang mereka simpan di rekening bank. Hal ini, nyatanya, membuat minat untuk meminjam uang di bank justru menjadi menurun.

Kekhawatiran bahwa langkah agresif The Fed untuk menaikkan suku bunga dapat mendorong ekonomi ke dalam resesi. Langkah bank sentral itu juga menyebabkan pasar merosot selama berturut-turut.

Meningkatnya kekhawatiran terkait kondisi ekonom AS, Goldman Sachs memperkirakan ada kemungkinan 15% dalam satu tahun ke depan dan 35% ekonomi AS memasuki resesi dalam dua tahun ke depan. Penelitian terbaru yang dikutip Reuters, Morgan Stanley menunjukkan kemungkinan 25% resesi akan terjadi dimulai dalam 12 bulan ke depan.

Sedangkan Bank of America Corp baru-baru ini mengungkapkan bahwa pihaknya melihat risiko resesi masih rendah tetapi akan meningkat pada 2023.

CEO Citi, Jane Fraser, di sela-sela World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss, Senin (23/5/2022) mengatakan bahwa pertemuan faktor, termasuk perang di Ukraina dan krisis energi yang dihasilkan, telah membuat Eropa rentan terhadap penurunan yang cukup besar.

"Eropa berada tepat di tengah badai dari rantai pasokan, dari krisis energi, dan jelas dekat dengan beberapa kekejaman yang terjadi di Ukraina," katanya kepada Geoff Cutmore dikutip CNBC International, Rabu (25/5/2022).

Dengan situasi ini, Fraser bahkan menyebut kalau AS memiliki ketahanan yang lebih dibandingkan Eropa. Meski begitu, Negeri Paman Sam hari ini sangat bergantung pada strategi The Fed dalam menaikkan suku bunga.

"Ada beberapa penyangga di sana untuk melihat apakah itu digunakan dengan bijak atau tidak," tambahnya.


(cap/mij)
Saksikan video di bawah ini:

Video: APBN Mei 2025 Defisit Rp 21T, Menkeu Klaim Masih Kecil

Pages